Time is Flow

Wednesday, 5 September 2012

Harvard Project for Asian and International Relation


Pernahkah teman-teman mempunyai suatu keinginan besar dan kemudian itu terwujud? Saya yakin pasti sebagian besar dari kalian pernah mengalaminya ketika kalian benar-benar berusaha untuk mewujudkannya bersungguh-sungguh dan fokus dengan pencapaian itu. Begitu juga dengan saya. Saya memiliki keinginan di mana saya menginginkan suatu perubahan besar dalam diri saya yakni selama saya masih duduk di bangku kuliah saya bisa menjadi delegasi Indonesia dalam dunia Internasional salah satunya adalah konferensi  internasional yang diadakan oleh Harvard University dalam programnya yakni HPAIR (Harvard Project for Asian and International Relatioan) further infonya bisa dilihat langsung di sini www.hpair.org. Menjadi delegasi HPAIR di tahun 2012 ini adalah target saya, dan sudah tertulis di buku agenda saya.

Dari mana saya tahu tentang konferensi internasional tersebut? Dulu saya pernah memiliki seseorang yang saya suka dan saya kagumi. Dari dialah saya mengetahui tentang acara ini, dimana dia pernah  menjadi delegasi Indonesia dalam konferensi HPAIR tersebut beberapa tahun yang lalu. Seperti yang pernah saya tuliskan dalam beberapa postingan saya sebelumnya, pemuda tersebut adalah sesosok pemuda yang mmmm luar bisa dalam perspektif saya. Dari dialah saya banyak mendapatkan wawasan, pelajaran, ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang mengaggumkan, yah walaupun itu semua saya dapatkan secara tidak langsung. Saya mempelajari tentang kehidupannya melalui pengamatan saya sendiri yang saya dapatkan dari sosial media atau sumber informasi yang bisa dipercaya. Nah berawal dari situlah saya ingin tahu tentang segala hal yang belum pernah saya sentuh dalam kehidupan saya, ingin mencobanya, mengalaminya, mempelajarinya dan menjadi bagian dari pengalaman yang luar biasa tersebut. Saya melakukan pembenaran dari sebuah statment yang saya dapatkan dari Tumblrnya kak Kuntawi Aji, yang menyatakan bahwa “terkadang Tuhan mendatangkan seseorang dalam kehidupan kita bukan untuk kita miliki, melainkan untuk memberikan pelajaran lalu kemudian pergi” saya rasa statment itulah yang sedang saya alami saat ini, ketika dimana pemuda yang saya idam-idamkan itu hadir, memberikan pengetahuan dan pembelajaran dan sesudah saya tahu dan melek akan dunia itu luas dia pun pergi, menjauh dari kehidupan saya. Dan mungkin dalam waktu yang cukup lama dia akan menetap di negeri orang.

Dari semenjak dia menjadi delegasi HPAIR ini saya pun juga ingin menjadi salah satu delegasinya. Bertahun-tahun saya ingin mencoba tetapi betapa takut dan tidak percaya dirinya saya untuk memulai semua itu karena saya tahu ada keterbatasan diri saya yang tidak memungkinkan diri saya untuk terjun dalam dunia Internasianal. Alasan klasiknya adalah saya tidak fasih berbahasa inggris dengan baik, bahkan untuk tingkat menengahpun saya rasa saya belum mencapainya. Hingga pada suatu ketika saya dipertemukan dengan seorang dosen senior di dalam beberapa mata kuliah saya, beliau selalu memberikan wejangan kepada mahasiswanya bahwa kita harus bersungguh-sungguh dalam  belajar, bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, bersungguh-sungguh dalam mewujudkan apa yang kita inginkan dan kita cita-citakan dan bersungguh-sungguh dalam semua hal dalam seluruh aspek yang kita jalani dalam kehidupan ini. Kata-kata bersungguh-sungguh itulah yang menggetarkan hati saya untuk bernai mencoba untuk merealisasikan sesuatu yang saya impikan.
Dan hingga pada akhirnya, beberapa bulan yang lalu ketika saya meregistrasikan akun saya di web HPAIR dan mendapatka informasi bahwa HPAIR akan mengadakan konferensi di Taipei, saya mencoba mendaftarkan diri sebagai delegasi HPAIR dari Indonesia. Awalnya saya ragu, karena masih dengan satu alasan yang sama yakni kemampuan komunikasi inggris saya, tetapi karena seorang teman yang baru saya kenal bernama Fajar yang juga mendaftarkan diri sebagai delegasi HPAIR yang memberikan saya sebuah semangat, memberikan saya motivasi dan keyakinan pada diri saya untuk mencoba mencoba dan mencoba mendaftar walaupun hanya dengan bermodal nekad dan tekad. Seleksi administrasipun saya ikuti dengan isian sekedarnya, yang mana sekedarnya itu adalah kemaksimalan kemampuan saya. Betapa terkejutnya saya dan senang bukan main ketika sebulan kemudian pihak HPAIR mengirimkan saya sebuah e-mail untuk melakukan wawancara melalui Skype, hal ini memberitahukan bahwa saya lolos seleksi administrasi dan proses seleksi berikutnya adalah wawancara. Setelah sepakat menentukan kapan waktu dan tanggal wawancara, saya segera menghubungi teman saya Riza untuk menemani saya ketika wawancara berlangsung, karena faktor takut. (sebenernya untuk seleksi wawancara ini ada sedikit kendala, tapi saya rasa tidak perlu di paparkan, bukan karena tidak penting tapi karena faktor malu :D).
Oke baiklah waktu pengumuman akhir telah tiba setelah beberapa lamanya menunggu, satu pesan e-mail dari HPAIR pun saya terima yang menyatakan :



Kalian pasti sudah tahu bagaimana perasaan yang saya rasakan saat melihat dan membaca rangkaian kata demi kata dari pesan itu, perasaan yang tidak bisa saya ungkapkan, tidak bisa saya jabarkan dan paparkan dalam sebuah bentuk tulisan. Bahagia luar biasa, bersyukur luar biasa kepada Allah S.W.T. Saya masih sungguh sangat tidak percaya dengan keputusan yang panitia HPAIR buat yakni meloloskan saya dalam seleksi ini, saya bisa lolos dalam persaingan internasional. Kedua orang tua saya, teman-teman saya ikut senang dibuatnya. Satu hari setelahnya LoA (Letter of Acceptance) atau surat/undangan resmi dari HPAIR untuk saya pun saya terima. (Terima kasih kepada Bapak Waluyo yang telah mengajari saya tentang hal bersungguh-sungguh, salam hormat)




Setelah seleksi yang memainkan ribuan perasaan itu berakhir, hal selanjutnya adalah mencari teman yang juga di terima sebagai delegasi HPAIR dari Indonesia. Satu persatu teman saya dapatkan, dari berbagai daerah dari berbagai universitas dan dari berbagai negara, Alhamdulillah lancar. Hal selanjutnya yang harus dipikirkan dan dilakukan adalah bagaimana mencari pihak-pihak yang bersedia mensponsori kita untuk berangkat konferensi yang akan di selenggarakan di Taipei pada tanggal 24-24 Agustus 2012 lalu ini, inilah hal yang paling penting diantara hal penting lainnya karena biaya acara ini ditanggung sepenuhnya oleh delegasi. Dalam waktu dua minggu paling tidak kami harus bisa mendapatkan dana sebesar biaya pendaftaran atau registrasi ulang yang mana batas pembayaran terakhir jatuh pada akhir bulan Juni.
Selama dua minggu itu saya mencoba mencari-cari info tentang perusahaan-perusahaan yang memungkinkan untuk memberikan sponsor, menyebarkan proposal ke sebanyak-banyaknya instansi yang saya bisa seperti yang dipesankan teman saya Fajar, sayang Fajar tidak diterima sebagai delegasi padahal saya percaya kemampuan dia jauuhh melebihi saya, dia pernah ikutan konferensi internasional juga sebelumnya, pasti dia lebih berpengalaman dari saya, tetapi kenapa saya diterima dia tidak? hanyalah Allah S.W.T yang tahu akan jawaban itu. Karena keterbatasan waktu dan biaya, proposal tersebut saya sebarkan melalui e-mail perusahaan, walaupun ada juga yang saya kirim langsung seperti ke departemen jurusan, fakultas dsb.

Dalam proses pencarian sponsor, saya berkenalan dan bertemu dengan beberapa anak UI yang juga diterima sebagai delegasi HPAIR yakni Alya (FE), Vinda (FISIP), Bestari (FE), dan Merisa (FIK) selain itu ada juga Gladis (FK) tapi dia dari USU. Akhirnya kami memutuskan membuat suatu tim kecil untuk mencari sponsor, terutama untuk ke bagian mahasiswa kampus. Setelah data masing-masing dari kami dikumpulkan, jadi lah sebuah proposal, proposal ini telah rampung di H-5 dari registrasi pembayaran. Ketika desain dari proposal kita itu mau di bawa ke percetakan, saya jadi ragu apakah dalam waktu kurang dari satu minggu bisa mendapatkan sponsor? sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk registrasi itu cukup besar i.e US$375 dan untuk bayar registrasipun uang tabunganku belum mencukupi. Akhirnya dari pada nantinya akan sia-sia, sebelum proposal itu dibawa ke percetakan dan di cetak banyak saya memutuskan untuk mundur dari tim kecil ini. Karena aku tau aku tidak bisa menalangi untuk biaya pendaftarannya terlebih dahulu. Kedua orang tua saya padahal mau membantu membiayai, tapi saya-nya yang menolak, sebab bulan ini berbarengan dengan pembayaran kuliah yang mana notabene nya bayar kuliah ekstensi itu mahaaaalll, melebihi biaya S2 per-semester di rumpun ilmu sosial dan di tambah lagi orang tua saya yang sudah pensiun, manaa tegaa saya. 


Tadinya saya juga sempat bingung, antara terima tawaran orang tua atau tidak terima, tapi akhirnya saya dimantapkan oleh salah satu teman saya untuk menolak tawaran itu, dia bilang seperti ini "kalau ragu ga usah diterusin, gitu aja.. seberapa besar keuntungan ini program buat masa depan lu, sebanding ga dengan pengorbanannya". Tidak perlu pemahaman dua kali atau berfikir dua kali lagi untuk menolak, saat membaca pesan dari Ermy ini hati saya mantap untuk mundur dari tim dan menolak tawaran orang tua. Tetapi walau sudah mundur dari tim itu saya tetap masih berusaha mencari sponsor semampu saya, sampai batas waktunya berakhir. Dan sudah bisa ditebak, untuk kali ini saya tidak dapat memanfaatkan kesempatan konferensi internasional untuk pertama kalinya.


Tetapi ini semua bukanlah suatu kegagalan buat saya, melainkan suatu pengalaman berharga, suatu awal yang mengagumkan seumur hidup saya bisa tembus ke dunia internasional dan tercapainya target saya untuk bisa menjadi delegasi HPAIR di tahun 2012 walaupun akhirnya tidak bisa berangkat ke Taipei untuk menghadiri konferensinya. Ini merupakan awal yang baik akibat dari bersungguh-sungguh. Dengan ketidak mampuan saya menghadiri konferensi itu, memberikan pembelajaran kepada saya, bahwa kita tidak bisa hanya mengandalakan sponsor saja tetapi juga harus punya modal pribadi. Jadi pesan saya untuk teman-teman adalah, kalau ingin mengikuti konferensi internasional kita juga harus mengumpulkan modal terlebih dahulu dan itu bisa di dapat dengan kerja kerja kerja. Dan dengan hal dimana saya bisa lolos seleksi HPAIR ini adalah pembuktian dari Allah bahwa saya mampu dan bisa untuk belajar ke luar negeri nantinya, ke INGGRIS..INGGRIS..INGGRIS... :D aamiin ya Allah..

Sekarang yang harus saya lakukan adalah melakukan perbaikan diri, belajar..belajar..belajar..  memperbaiki bahasa inggris, mengumpulkan modal, mencari beasiswa dan tentu saja harus menambah wawasan dengan baca..baca..baca.. Juga tidak lupa untuk selalu berdoa dan bersungguh-sungguh.

nb : dari tim kecil itu yang jadi berangkat hanya 3 orang i.e Merisa, Gladis dan Bestari.

Regards,