Kardus Bekas itu Mainanku...!!!
Ketika saya berangkat ke kampus kemarin siang, sambil menunggu kereta datang saya duduk di peron kereta jurusan Tebet-Bogor, saya duduk di kursi paling depan agar saat sampai stasiun UI keluarnya dekat dengan pintu peron. Ketika saya melihat keadaan di sekeliling saya, ada beberapa pemulung sedang merapihkan barang-barang hasil temuannya, salah satu dari pemulung itu adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang gadis kecil berumur sekitar 5 tahun. Sembari menemani ayah dan ibunya bekerja merapihkan kardus-kardus bekas hasil temuannya, gadis kecil itu mengambil salah satu kardus bekas yang kemudian dijadikannya sebuah mobil-mobilan, ketika sedang asik duduk dikardus berbentuk persegi itu seraya menyetir mobil sang ayah berkata kepadanya "Nak, sini kardusnya" perintah sang ayah, "iya kasih kardusnya, kok malah dijadiin mainan" kata sang ibu, saat diminta kardusnya anak itu berteriak "Aaaaaaaaaa....!!" gadis itu berteriak tanda menolak permintaan sang ayah dan gadis kecil itu kembali asyik bermain dengan mobil-mobilannya yang terbuat dari kardus bekas itu..
Sungguh membuatku miris melihatnya.. kasihan, ketika kebahagiaan masa kecilnya terancam tak ia dapatkan. Bagaimana pemerintah menyikapinya, tak sadarkah mereka begitu banyak masyarakat yang belum sejahtera, begitu banyak anak kecil yang tidak mendapatkan hak-hak mereka. Bgaimana para kaum elit menyikapinya, ketika seharusnya para kaum elit itu ikut serta membantu pemerintah dalam menanggulangi keadaan tersebut, para kaum elit itu hanya mementingkan kepenitangannya sendiri, memperkaya dirinya dengan uang rakyat. Mana hasil dari kontrak sosial antara negara (pemerintah/kaum elit) dengan para rakyat yang akan mensejahterakan rakyat, mana hasil dari UUD 45 Pasal 34 yang terang-terangan menyatakan (1) fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Tapi pada kenyataannya, kebijakan tersebut tidak berlaku dan tidak terealisasikan.
No comments:
Post a Comment