Time is Flow

Wednesday, 14 November 2012

School of Diplomacy - Poverty Energy


Dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 4 November 2012, saya dan teman saya Ermy mengikuti Sekolah Diplomasi, yang mana sekolah diplomasi ini mengajarkan kita kegiatan apa saja yang dilakukan jika kita mengikui Model United Nation atau simulasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Sekolah diplomasi kali ini temanya adalah kemiskinan energy atau "Poverty Energy" yang mana isu ini memang lagi menjadi trend dunia internasional. Dalam sekolah ini saya menjadi perwakilan atau delegasi dari India sedangkan Ermy menjadi perwakilan Brazil. Setiap Delegasi mempunyai hak untuk memberikan suaranya baik pada saat sekolahnya maupun simulasinya. 

Hmmm unfortunately saya masih belum berani untuk berbicara di depan umum, alhasil pada saat sekolah, negosiasi maupun simulasinya, India tidak menggunakan hak suaranya, India tidak mempersentasikan solusi yang diguakan negaranya untuk mengatasi kemiskinan energy dengan inovasi Energy terbarukannya yakni Sumber Daya Matahari atau Surya. Itu semua gara-gara saya sebagai delegasinya, ehehe.. I'm very sorry India, sorry pardon. Padahal alternatif yang di gunakan India ini untuk mengatasi kemiskinan energy merupakan solusi yang sangat bagus dan dapat di contoh oleh negara-negara lain, salah satunya Indonesi, dengan iklim dan letak geografis Indonesia, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya matahari secara maksimal. Sehingga cadangan minyak dan batu bara Indonesia yang merupakan sumber energi tidak terbarukan tidak akan cepat habis. Kalau kata dosen saya, Indonesia hendaknya memanfaatkan sumber daya panas bumi secara maksimal untuk mengentaskan kemiskinan energy, tapi sayangnya pemerintah belum memberikan perhatian penuh ke arah sana. Padahal persediaan sumber panas bumi di negara kita itu sangat besar dibandingkan batu bara dan minyak bumi yang semakin hari semakin berkurang karena di eksplor terus menerus.

Balik lagi kemasalah sekolah diplomasi, sebenarnya saya sangat rugi karena tidak berani bersimulasi. Padahal saya ingin sekali bisa ikutan MUN, tapi bagaimana bisa, baru sekolah diplomasinya saja nyalinya udah ciut, tidak berani bersuara sekalipu. Bagaimana saya bisa menjadi Menteri Luar Negeri kalau dalam lingkup kecil dari baru simulasi saja saya tidak berani berdiplomasi, bernegosiasi dan mengutarakan pendapat saya. Bagaiman saya bisa menjadi perwakilan negara kalau saya seperti ini terus. Tapi, selain nyali, mungkin salah satu faktor lainnya, karena saya juga tidak percaya diri dengan kemampuan berbahasa inggris saya yang memang masih minim. Hadduuhh, sepertinya saya harus mengikuti les untuk bagaimana meningkatkan nyali dan kepercayaan diri dan terutama memang bahasa inggris di uatamakan. Yang mana memang acara ini full bahasa inggris. Saya harus bisa memimpin diri saya sendiri untuk meningkatkan kualitas diri saya, terutama yaa bahasa inggris ini.  Kenapa hal ini selalu menjadi hambatan sayaa untuk bisa go internasional -__-'. Aaahhh Ayooo semangat belajar bahasa inggrisnya dan belajar berani berbicara dengan bahasa inggris dengan tanpa melupakan bahasa indonesia :).

 
Satu-satunya foto yang saya ambil pada saat sekolah diplomasi. Sebenernya malu untuk share foto ini karena saya tidak melakukan apa-apa untuk India. Tapi ini semata-mata hanya saya jadikan motivasi untuk terus belajar-belajar dan belajar.

warm regards,
Astiandini

Thursday, 8 November 2012

"Andai Aku Jadi Ketua KPK"


Di suatu sore, di kedai kopi yang biasa di pinggiran kota Jakarta, dua sejoli yang menggemari kopi bersantai sejenak setelah pulang dari mengemban ilmu. Sambil menikmati hangatnya kopi dan diiringi alunan butiran hujan, mereka berduapun terlibat percakapan :

Sambil memperhatikan mobil-mobil yang tertahan kemacetan dan menyeruput kopinya, Disya menghela napasnya dan bertanya kepada teman karibnya, Nugi "adduuhh kapan Jakarta bisa lancar pas jam pulang kantor seperti ini ya Gi?" ucap Disya tanpa mengalihkan pandangannya ke Nugi.

Nugi yang sedari tadi membaca koran Tempo hari ini menutup korannya dan menjawab pertanyaan Disya "yaahh kalau koruptor udah tidak ada lagi, baru jalanan di Jakarta bisa lancar" terlempar senyum getir ke Disya.

"Loh? apa hubungannya koruptor dengan jalanan Jakarta yang macet?" tanya Disya heran.

Nugi kembali tersenyum, tapi kali ini tidak getir "yaaa ada dong Sya, kamu tau penyebab kenapa Jakarta macetnya kelewatan kayak gini?

"ummm yaaa karena kuota mobil yang berlebihan, makanya jalanannya tidak cukup menampung, jadi macet deh"

"Nah itu salah satunya Sya" ucap Nugi, "tapi selain itu penyebab utamanya karena adanya korupsi, tau kenapa?

Disya menggeleng

Nugi membetulkan posisi duduknya dan menjelaskan serius ke pada Disya "karena adanya pembangunan yang gagal dibangun Sya, kenapa gagal dibangun? karena dana untuk pembangunan banyak yang dikorupsi sama penjahat-penjahat kerah putih itu. Contohnya kayak gini deh, misalnya pemerintah berencana mau membangun fasilitas umum yakni jalan raya untuk menanggulangi kemacetan, pelebaran jalan misalnya, nah dana yang udah dianggarkan untuk pelebaran jalan itu malah di korupsi sama pejabat-pejabat tidak bertanggung jawab, otomatis jadi gagal dong pembangunan jalannya atau paling tidak, jadi tidak efektif dan tidak maksimal deh"

Disya meng-angguk-angguk tanda mengerti "Oohh begitu yaa Gi, jadi bisa dibilang pembangunan-pembangunan yang gagal itu gara-gara banyaknya korupsi yaa"

"Bener banget tuh Sya" jawab Nugi membenarkan ucapan Disya, "Nah generasi kita lah yang harus memberantas para koruptor-koruptor itu" dengan ekspresi semangat, Nugi melanjutkan.

"Bener banget tuh Gi, generasi kita ini nih yang menjadi harapan bangsa kedepannya" jawab Disya tak kalah semangatnya, "kamu aja Gi yang jadi ketua KPK nya kelak, aku dukung banget deh 100%, asalkan kamu tetep amanah menjalankan tugasnya, berantaass para koruptor, jangan malahan nanti kamu yang diberantas, ehehehe" ledek Disya sambil tertawa kecil.

Nugi pun ikut tertawa mendengar celotehannya Disya "Nah emang itu Sya pekerjaan yang paling aku inginkan, yang sekarang ini sedang aku fokuskan untuk masa depan kelak, menjadi ketua KPK. Makanya sekarang aku lagi belajar giat dan baca-baca kasus korupsi juga mempelajarinya, agar nanti kalau aku jadi Ketua KPK aku bisa menjalankan amanah dengan baik, menguasai permasalahan dan dengan menggunakan cara dan strategi yang tepat untuk memberantas para koruptor itu"

"Waaahhh luar biasa banget cita-cita temen aku yang satu ini, semangat yaaa Gi" ucap Disya sambil tersenyum bangga.

"Hehehee, makasih yaa Sya" Nugi terdiam sejenak, kemudian melanjutkan "kalau kita mau merubah keadaan bangsa dan negara kita agar bebas dari korupsi, maka pimpinlah..!!!, jadilah ketua KPK..!!!"

"Emangnya klo kamu udah jadi Ketua KPK kamu mau melakukan perubahan apa Gi?" tanya Disya

"Andai aku jadi Ketua KPK kelak, hal paling utama adalah aku harus memulai dari diriku sendiri, yakni Independen, bebas dari intervensi-intervensi negatif yang bersumber dari pihak kiri. Kedua aku harus berani, berani menolak kerjasama yang tujuannya mengkhianati negeri ini hanya untuk kepentingan dan menguntungkan diri sendiri yakni suap. Ketiga, aku harus berani menghadapi orang-orang yang akan menjatuhkan aku jika aku menolak kerja samanya untuk menjadi pengkhianat negara. Itu semua diperlukan integritas yang kuat dalam diri kita Sya"

Nugi menghela napas, dan kemudian melanjutkan "Setelah hal-hal itu tertanam di diri aku Sya, aku akan menularankannya dan menerapkannya kepada bawahanku, kepada seluruh anggota KPK lainnya. Siapa yang mau jadi anggota KPK, maka haruslah mempunyai satu visi yang sama yakni memberantas korupsi. Jika salah satu anggota KPK terbukti melakukan tindak korupsi sekecciiiillll apapun, langsung usut, tindak, tangkap, pecat, adili, penjara! gak ada negoisasi lagi. Pokonya aku mau buat KPK benar-benar bersih dari tindakan koruspi terlebih dahulu sebelum aku membersihkan para koruptor di luaran sana"

Disya hanya tertegun mendengar ucapan Nugi yang ber api-api tanpa sedikitpun menimpali.

"Setelah KPK bersih dari tindak korupsi" Nugi melanjutkan "dan anggota memiliki integritas, loyalitas, jujur dan dapat dipercaya. Aku bersama-sama anggotaku akan memberantas para koruptor-koruptor itu, tangkap, pecat, adili, penjara..!! siapapun dia, dari latar belakang keluarga siapa dia, menjabat apa dia, punya pengaruh besar apa dia, jika terbukti korupsi maka tangkap, pecat, adili, penjara..!!

"terusss hukuman apa yang akan kamu kasih ke para koruptor itu Gi" tanya Disya penasaran

"Oohhh tentu saja dengan hukuman yang sangat adil dan tegas" Jawab Nugi

Belum sempat Nugi menambahi Disya sudah menyelaknya "hukuman mati maksudnya?"

"Bukan Sya, menurut aku, kalau kita kasih hukuman mati ke para koruptor sama aja kita seperti mereka, melanggar hak asasi manusia, yakni hak untuk hidup. Jadi aku lebih memilih menghukum mereka dengan mengambil semua harta mereka yang dihasilkan dari korupsi saja, jadi kalau hartanya yang didapat bukan dari hasil korupsi tidak akan diambil, ingat! mereka punya keluarga, anak, istri yang harus di nafkahi. Harta korupsi itu akan dikembalikan kepada negara atau bahkan akan aku serahkan langsung kepada rakyat, misalnya dengan cara membangun tempat tinggal rakyat, sekolah rakyat yaa pokoknya semua untuk rakyat dan geratis tentunya. Kedua, mencopot jabatannya dan tidak boleh lagi menjabat dan bekerja di pemerintahan. Ketiga, dihukum kurungan penjara selama umur dia hidup atau yang sering disebut dengan hukuman penjara seumur hidup, misalnya pejabat yang terbukti korup umurnya 40 tahun, maka dia dipenjara selama 40 tahun dan hukuman itu berlaku untuk seluruh besaran yang di korupsi. Jadi mau korupsi dengan jumlah sedikit atau banyak, yaaa sama-sama dihukum penjara seumur hidup. Menurut aku itu cukup adil dan tegas. Oh iya satu lagi, dan dengan tegas menolak sogokkan untuk nambah fasilitas para koruptor di penjara, seperti fasilitas khusus gitu deh tv, kasur empuk atau diizinin jalan-jelan ke Bali, ehehehe"

mendengar perkataan Nugi yang terakhir, Disya pun tertawa terbahak-bahak "waahh kamu emang cocok banget deh jadi ketua KPK Gi, kok mendengar semua impian kamu itu untuk memberntas korupsi, aku jadi pengen jadi Ketua KPK juga, bener kata kamu 'jika ingin memberantas korupsi maka pimpinlah.. jadilah Ketua KPK' dengan memimpin kita bisa melakukan itu semua"

"Iyaa Sya, walaupun kita tidak akan pernah bisa menghilangkan korupsi secara total, karena setiap negara pasti ada tindakan korupsinya, sekecil apapun itu. Tapi paling tidak kita bisa menguranginya secara signifikan dan dapat memberikan kesejahteraan dan kepuasaan kepada rakyat"

Dua sejoli itupun akhirnya punya pengharapan yang sama "Andai Aku Jadi Ketua KPK"

Lomba blog KPK : http://t.co/T13dYMWm

Mulailah, then I would be..


Satu lagi kenalan saya lolos dapat beasiswa ke luar negeri, tepatnya ke Tunisia namnya Hanz..setelah beberapa teman, kenalan, atau sekedar mengisi list friends di facebook saya yang bisa studi ke luar negeri. Ada yang ke Turki kayak kak Akmal dan Andrian, ada yang ke German kaya Inna, ada yang ke Korea kayak temannya kak Yunus, ada yang ke Jepang kayak kak Bhakti dan orang yang dekat dengan saya sendiri yakni Paman saya namanya Djagal W. Marseno, ada yang ke Inggris kayak temennya kak Sonny dan temennya kak Andi dan bahkan kak Andi sendiri ke Singapore. Semuanya itu studi di luar negeri with scholarship betapa bangga dan bahagianya keluarga mereka, teman mereka, sahabat mereka dan terutama betapa bangga dan bahagianya diri mereka sendiri.

Saya selalu bertanya-tanya sama diri saya "kapan?" kapan saya bisa seperti mereka? kapan waktu itu tiba? kapan.. kapan... kapan... sebenaranya kapan saya bisa studi ke luar negeri itu yang menentukkan adalah diri saya sendiri. Kenapa saya bilang seperti itu? yup saya sendiriliah yang menentukan kapan saya bisa studi di luar negeri, karena untuk bisa studi ke luar negeri kita perlu mempersiapkan diri kita terlebih dahulu, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa memenuhi syarat-syarat agar bisa mendapatkan kesempatan sekolah ke luar negeri dengan beasiswa. Kapan saya harus mulai untuk memenuhi persyaratan-persayaratan itu? kapannya, saya sendirilah yang menentukan. contohnya untuk studi di luar negeri pasti dibutuhkan score yang tinggi dari  TOEFL, IELST atau apapun itu namanayaa, nah kalo kita gak pernah mau mulai untuk belajar belajar dan belajar dan memperdalam bahasa inggris, maka score yang disyaratkan pun juga gak akan pernah terpenuhi, yaa kaann?? semakin lama kita memulai berjuang untuk memenuhi itu semua semakin lama pula kita mendapatkan kesempatan untuk studi di luar negeri.

Oleh sebab itu "MULAILAH" memulai untuk memperjuangan mimpi-mimpi kita, kalau kita tidak pernah memulainya maka kita juga tidak akan pernah mendapatkannya. Seperti suatu masalah, masalah itu tidak akan pernah selesai jika kita tidak mau memulai untuk menyelesaikannya. Seperti seseorang yang ingin menjadi penulis, kalau mereka tidak memulai untuk membuat sebuah tulisan maka mereka tidak akan pernah jadi penulis. Begitu juga penyanyi, presiden, menteri, dosen, dokter atau apapun itu, mereka tidak akan pernah bisa 'menjadi' jika mereka tidak memulainya. Ada akhir, pasti ada awal terlebih dahulu, tidak mungkin akhir ada kalau tidak ada awal.  

Jadi, ayoo kita berani dan mau memulai, berkomitmen dan mempunyai integritas untuk memulai,  dan belajar memimpin diri kita sendiri, yang bersumber dari keinginan yang paling dalam dari diri kita seperti dalam proses Presencing dalam U Theory, keinginan yang terdalam untuk memulai mendapakan apa yang kita inginkan, kita harapkan dan kita cita-citakan..  Tapi di luar kuasa dan kendali kita, Allah lah maha penentu segala, kita hanya bisa berdoa, berusaha berusaha dan terus berusaha dengan mencoba memulainya.. maka, MULAILAH...

Wiyasti D. Maresno