Time is Flow

Saturday, 8 December 2012

KTF Merealisasikan Bakat


Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan berbeda satu sama lain. Salah satu kebudayaan Indonesia yang mampu menembus gerbang internasional selain alat-alat musik nya yang khas seperti angklung, terdapat pula tarian-tarian dari berbagai daerah di Indonesia yang mampu menembus gerbang Internasioal, seperti tari Saman dari aceh, tari Pendet dari Bali dan lain sebagainya. Sebagai generasi muda yang masih memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, ketertarikan akan seni budaya Indonesia memicu diri untuk lebih melestarikan, mengenal dan mencintai kebudayaan indonesia tersebut, terutama seni tari tradisional dari berbagai kebudayaan suku bangsa Indonesia. Untuk dapat lebih mengenail dan mengetahui macam-macam tari tersebut, mempelajari dan memperaktikannya perlulah kita mengunjungi daerah asal dari tarian yang ingin kita perdalami atau mengikuti sanggar tari tradisional. Tetapi, sebagai mahasiswa FISIP UI, tidaklah perlu melakukan kunjungan langsung ke daerah asal tarian atau mengikuti sanggar tari tradisional untuk dapat mempelajarinya. Sebab di FISIP UI menyediakan sarana atau wadah organisasi yang dapat menampung minat dan bakat mahasiswa yang tertarik untuk belajar tarian-tarian tradisional Indonesia. Organisasi tersebut bernama Komunitas Tari FISIP, yang terbentuk pada tahun 2008, atau dikenal sebagai Radha Sarisha. 

Komunitas yang lebih akrab dengan panggilan KTF UI ini adalah sebuah komunitas mahasiswa di FISIP UI yang mewujudkan dan mengembangkan minat dan bakat mahasiswa dalam seni tari, baik tari dan musik tradisional maupun tari modern. Adapun berbagai tarian yang dipelajari di dalam komunitas ini adalah Tari Saman dari Aceh, Tari Kancet Gantar dari Kalimantan, Tari Renggong Manis dari Betawi, Tari Minang dari Padang, Tari Selayang Pandang dari Melayu Deli, Tari Gaba-Gaba dari Maluku, Tari Rondang Bulan dari Mandailing Sumatera Utara dan masih banyak lagi.

Komunitas yang diketuai oleh Shinta Dewi ini bukan hanya mampu menembus gerbang nasional tetapi juga gerbang Internasional, sehingga kebudayaan Indonesia lebih dikenal di dunia. Di pandu dengan koreografer Jamilah Siregar KTF UI ini sudah banyak memiliki pengalaman menampilkan tarian dan musik tradisional juga tarian modern dalam berbagai acara, seperti acara wisuda, Asean Youth Conference 2011 dan masih banyak lagi. Selain pengalaman tersebut, Komunitas yang beranggotakan lebih dari 80 (delapan puluh) orang ini juga beberapa kali melakukan misi budaya dalam berbagai festival di luar negeri. Misi budaya yang belum lama diikuti oleh KTF UI yakni dengan menjadi baian dari Festival Du Sud 2012, Festival Du Suud adalah festival kebudayaan yang diselenggarakan di tiga negara Eropa, yaitu Prancis, Belgia, dan Spanyol. Dalam acara tersebut KTF UI menampilkan 12 tarian dan musik tradisional yang dinilai dapat merepresentasikan Indonesia di mata dunia Internasiona. Keikutsertaan KTF UI pada Festival Seni Budaya tingkat internasional ini diawali pada tahun 2010, tepatnyasejak mengisi acara di UI Fest tahun 2010, dimana IOV (Indonesia Youth Section) memberi kespercayaan kepada KTF UI untuk menjadi wakil Indonesia dalam Du Sud Summer Festival 2011. Kepercayaan ini pun kembali diberikan pada tahun 2012 setelah penampilannya di tahun 2011 lalu.

Selain itu KTF UI juga pernah menghadiri acara-acara internasional seperti Festival Folklorico Internacionul Festifalk, Alcalá de la selva, Spain, Europe tahun 2011, Festival Esdansa, Les Preses, Spain, Europe tahun 2011, 39enes Jornades Internationals Folkloriques de Catalunya, Barcelona, Europe, tahun 2011. Pada bulan Agustus 2012 lalu, KTF UI pernah memuaku parapengunjung Festival de Folklore de Jambes di Namur, Belgia. Festival de Folklore de Jambes di Namur adalah acara budaya yang diselenggarakan setiap musim panas dengan mengundang peserta dari berbagai belahan dunia. Pada tahun ini para peserta festival berasal dari negara-negara Armenia, Indonesia, Irlandia, Italia, Meksiko, Polandia dan tuan rumah Belgia. Penampilan tarian tradisional Indonesia dalam festival ini mendapat apresiasi positif dari Presiden Festival, Teresa Rodriguez Rocha. Dalam Gestival tersebut, Komunitas di bawah pimpinan Anissa Pramudita dan koreografer Jamilah Sirega ini menampilkan musik dan tari Gaba-gaba (Maluku), Kancet Gantar (Kalimantan), Saman (NAD), Kembang Malate (Madura, Jawa Timur), Zapin Kasmaran (Melayu Deli, Sumatra Utara), Rondang Bulan, Marsitami-tami (Sumatra Utara), Mpok Ngigel (Betawi), Tifa (NTT), Lenggang Nyai (Betawi), Renggong Manis (Betawi), dan juga Selayang Pandang. 

Selain pengalaman internasional yang pernah dijalankan oleh Komunitas ini, KTF UI juga banyak memenangnkan kompetisi-kompetisi, seperti : sebagai juara 6 (enam) dalam acara Festival Selaras Pinang Masak HUT Jambi, yang diselenggarakan oleh Anjungan Jambi pada tahun 2011. Dengan Tari Zapin yang dibawakannya, KTF UI juga memperoleh juara kedua dalam UI Festival : Kompetisi Tari Tradisional yang diselenggarakan oleh BEM UI pada tahun 2011 dan masih banyak prestasi-prestasi yang didapatkan oleh KTF UI. Prestasi yang paling terakhir dicapai oleh Komunitas ini yakni dengan Tarian Mpok Ngigel dalam acara Indonesia Tebar Pesona, oleh Ikatan Keluarga Sastra Indonesia FIB UI pada tahun 2012, KTF UI meraih juara pertama. Ini semua adalah hal yang patut dibanggakan, baik bagi Komunitas Tari FISIP sendiri, keluaraga besar FISIP UI maupun Universitas Indonesia.

*Wiyasti Dwiandini

 

Wednesday, 14 November 2012

School of Diplomacy - Poverty Energy


Dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 4 November 2012, saya dan teman saya Ermy mengikuti Sekolah Diplomasi, yang mana sekolah diplomasi ini mengajarkan kita kegiatan apa saja yang dilakukan jika kita mengikui Model United Nation atau simulasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Sekolah diplomasi kali ini temanya adalah kemiskinan energy atau "Poverty Energy" yang mana isu ini memang lagi menjadi trend dunia internasional. Dalam sekolah ini saya menjadi perwakilan atau delegasi dari India sedangkan Ermy menjadi perwakilan Brazil. Setiap Delegasi mempunyai hak untuk memberikan suaranya baik pada saat sekolahnya maupun simulasinya. 

Hmmm unfortunately saya masih belum berani untuk berbicara di depan umum, alhasil pada saat sekolah, negosiasi maupun simulasinya, India tidak menggunakan hak suaranya, India tidak mempersentasikan solusi yang diguakan negaranya untuk mengatasi kemiskinan energy dengan inovasi Energy terbarukannya yakni Sumber Daya Matahari atau Surya. Itu semua gara-gara saya sebagai delegasinya, ehehe.. I'm very sorry India, sorry pardon. Padahal alternatif yang di gunakan India ini untuk mengatasi kemiskinan energy merupakan solusi yang sangat bagus dan dapat di contoh oleh negara-negara lain, salah satunya Indonesi, dengan iklim dan letak geografis Indonesia, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya matahari secara maksimal. Sehingga cadangan minyak dan batu bara Indonesia yang merupakan sumber energi tidak terbarukan tidak akan cepat habis. Kalau kata dosen saya, Indonesia hendaknya memanfaatkan sumber daya panas bumi secara maksimal untuk mengentaskan kemiskinan energy, tapi sayangnya pemerintah belum memberikan perhatian penuh ke arah sana. Padahal persediaan sumber panas bumi di negara kita itu sangat besar dibandingkan batu bara dan minyak bumi yang semakin hari semakin berkurang karena di eksplor terus menerus.

Balik lagi kemasalah sekolah diplomasi, sebenarnya saya sangat rugi karena tidak berani bersimulasi. Padahal saya ingin sekali bisa ikutan MUN, tapi bagaimana bisa, baru sekolah diplomasinya saja nyalinya udah ciut, tidak berani bersuara sekalipu. Bagaimana saya bisa menjadi Menteri Luar Negeri kalau dalam lingkup kecil dari baru simulasi saja saya tidak berani berdiplomasi, bernegosiasi dan mengutarakan pendapat saya. Bagaiman saya bisa menjadi perwakilan negara kalau saya seperti ini terus. Tapi, selain nyali, mungkin salah satu faktor lainnya, karena saya juga tidak percaya diri dengan kemampuan berbahasa inggris saya yang memang masih minim. Hadduuhh, sepertinya saya harus mengikuti les untuk bagaimana meningkatkan nyali dan kepercayaan diri dan terutama memang bahasa inggris di uatamakan. Yang mana memang acara ini full bahasa inggris. Saya harus bisa memimpin diri saya sendiri untuk meningkatkan kualitas diri saya, terutama yaa bahasa inggris ini.  Kenapa hal ini selalu menjadi hambatan sayaa untuk bisa go internasional -__-'. Aaahhh Ayooo semangat belajar bahasa inggrisnya dan belajar berani berbicara dengan bahasa inggris dengan tanpa melupakan bahasa indonesia :).

 
Satu-satunya foto yang saya ambil pada saat sekolah diplomasi. Sebenernya malu untuk share foto ini karena saya tidak melakukan apa-apa untuk India. Tapi ini semata-mata hanya saya jadikan motivasi untuk terus belajar-belajar dan belajar.

warm regards,
Astiandini

Thursday, 8 November 2012

"Andai Aku Jadi Ketua KPK"


Di suatu sore, di kedai kopi yang biasa di pinggiran kota Jakarta, dua sejoli yang menggemari kopi bersantai sejenak setelah pulang dari mengemban ilmu. Sambil menikmati hangatnya kopi dan diiringi alunan butiran hujan, mereka berduapun terlibat percakapan :

Sambil memperhatikan mobil-mobil yang tertahan kemacetan dan menyeruput kopinya, Disya menghela napasnya dan bertanya kepada teman karibnya, Nugi "adduuhh kapan Jakarta bisa lancar pas jam pulang kantor seperti ini ya Gi?" ucap Disya tanpa mengalihkan pandangannya ke Nugi.

Nugi yang sedari tadi membaca koran Tempo hari ini menutup korannya dan menjawab pertanyaan Disya "yaahh kalau koruptor udah tidak ada lagi, baru jalanan di Jakarta bisa lancar" terlempar senyum getir ke Disya.

"Loh? apa hubungannya koruptor dengan jalanan Jakarta yang macet?" tanya Disya heran.

Nugi kembali tersenyum, tapi kali ini tidak getir "yaaa ada dong Sya, kamu tau penyebab kenapa Jakarta macetnya kelewatan kayak gini?

"ummm yaaa karena kuota mobil yang berlebihan, makanya jalanannya tidak cukup menampung, jadi macet deh"

"Nah itu salah satunya Sya" ucap Nugi, "tapi selain itu penyebab utamanya karena adanya korupsi, tau kenapa?

Disya menggeleng

Nugi membetulkan posisi duduknya dan menjelaskan serius ke pada Disya "karena adanya pembangunan yang gagal dibangun Sya, kenapa gagal dibangun? karena dana untuk pembangunan banyak yang dikorupsi sama penjahat-penjahat kerah putih itu. Contohnya kayak gini deh, misalnya pemerintah berencana mau membangun fasilitas umum yakni jalan raya untuk menanggulangi kemacetan, pelebaran jalan misalnya, nah dana yang udah dianggarkan untuk pelebaran jalan itu malah di korupsi sama pejabat-pejabat tidak bertanggung jawab, otomatis jadi gagal dong pembangunan jalannya atau paling tidak, jadi tidak efektif dan tidak maksimal deh"

Disya meng-angguk-angguk tanda mengerti "Oohh begitu yaa Gi, jadi bisa dibilang pembangunan-pembangunan yang gagal itu gara-gara banyaknya korupsi yaa"

"Bener banget tuh Sya" jawab Nugi membenarkan ucapan Disya, "Nah generasi kita lah yang harus memberantas para koruptor-koruptor itu" dengan ekspresi semangat, Nugi melanjutkan.

"Bener banget tuh Gi, generasi kita ini nih yang menjadi harapan bangsa kedepannya" jawab Disya tak kalah semangatnya, "kamu aja Gi yang jadi ketua KPK nya kelak, aku dukung banget deh 100%, asalkan kamu tetep amanah menjalankan tugasnya, berantaass para koruptor, jangan malahan nanti kamu yang diberantas, ehehehe" ledek Disya sambil tertawa kecil.

Nugi pun ikut tertawa mendengar celotehannya Disya "Nah emang itu Sya pekerjaan yang paling aku inginkan, yang sekarang ini sedang aku fokuskan untuk masa depan kelak, menjadi ketua KPK. Makanya sekarang aku lagi belajar giat dan baca-baca kasus korupsi juga mempelajarinya, agar nanti kalau aku jadi Ketua KPK aku bisa menjalankan amanah dengan baik, menguasai permasalahan dan dengan menggunakan cara dan strategi yang tepat untuk memberantas para koruptor itu"

"Waaahhh luar biasa banget cita-cita temen aku yang satu ini, semangat yaaa Gi" ucap Disya sambil tersenyum bangga.

"Hehehee, makasih yaa Sya" Nugi terdiam sejenak, kemudian melanjutkan "kalau kita mau merubah keadaan bangsa dan negara kita agar bebas dari korupsi, maka pimpinlah..!!!, jadilah ketua KPK..!!!"

"Emangnya klo kamu udah jadi Ketua KPK kamu mau melakukan perubahan apa Gi?" tanya Disya

"Andai aku jadi Ketua KPK kelak, hal paling utama adalah aku harus memulai dari diriku sendiri, yakni Independen, bebas dari intervensi-intervensi negatif yang bersumber dari pihak kiri. Kedua aku harus berani, berani menolak kerjasama yang tujuannya mengkhianati negeri ini hanya untuk kepentingan dan menguntungkan diri sendiri yakni suap. Ketiga, aku harus berani menghadapi orang-orang yang akan menjatuhkan aku jika aku menolak kerja samanya untuk menjadi pengkhianat negara. Itu semua diperlukan integritas yang kuat dalam diri kita Sya"

Nugi menghela napas, dan kemudian melanjutkan "Setelah hal-hal itu tertanam di diri aku Sya, aku akan menularankannya dan menerapkannya kepada bawahanku, kepada seluruh anggota KPK lainnya. Siapa yang mau jadi anggota KPK, maka haruslah mempunyai satu visi yang sama yakni memberantas korupsi. Jika salah satu anggota KPK terbukti melakukan tindak korupsi sekecciiiillll apapun, langsung usut, tindak, tangkap, pecat, adili, penjara! gak ada negoisasi lagi. Pokonya aku mau buat KPK benar-benar bersih dari tindakan koruspi terlebih dahulu sebelum aku membersihkan para koruptor di luaran sana"

Disya hanya tertegun mendengar ucapan Nugi yang ber api-api tanpa sedikitpun menimpali.

"Setelah KPK bersih dari tindak korupsi" Nugi melanjutkan "dan anggota memiliki integritas, loyalitas, jujur dan dapat dipercaya. Aku bersama-sama anggotaku akan memberantas para koruptor-koruptor itu, tangkap, pecat, adili, penjara..!! siapapun dia, dari latar belakang keluarga siapa dia, menjabat apa dia, punya pengaruh besar apa dia, jika terbukti korupsi maka tangkap, pecat, adili, penjara..!!

"terusss hukuman apa yang akan kamu kasih ke para koruptor itu Gi" tanya Disya penasaran

"Oohhh tentu saja dengan hukuman yang sangat adil dan tegas" Jawab Nugi

Belum sempat Nugi menambahi Disya sudah menyelaknya "hukuman mati maksudnya?"

"Bukan Sya, menurut aku, kalau kita kasih hukuman mati ke para koruptor sama aja kita seperti mereka, melanggar hak asasi manusia, yakni hak untuk hidup. Jadi aku lebih memilih menghukum mereka dengan mengambil semua harta mereka yang dihasilkan dari korupsi saja, jadi kalau hartanya yang didapat bukan dari hasil korupsi tidak akan diambil, ingat! mereka punya keluarga, anak, istri yang harus di nafkahi. Harta korupsi itu akan dikembalikan kepada negara atau bahkan akan aku serahkan langsung kepada rakyat, misalnya dengan cara membangun tempat tinggal rakyat, sekolah rakyat yaa pokoknya semua untuk rakyat dan geratis tentunya. Kedua, mencopot jabatannya dan tidak boleh lagi menjabat dan bekerja di pemerintahan. Ketiga, dihukum kurungan penjara selama umur dia hidup atau yang sering disebut dengan hukuman penjara seumur hidup, misalnya pejabat yang terbukti korup umurnya 40 tahun, maka dia dipenjara selama 40 tahun dan hukuman itu berlaku untuk seluruh besaran yang di korupsi. Jadi mau korupsi dengan jumlah sedikit atau banyak, yaaa sama-sama dihukum penjara seumur hidup. Menurut aku itu cukup adil dan tegas. Oh iya satu lagi, dan dengan tegas menolak sogokkan untuk nambah fasilitas para koruptor di penjara, seperti fasilitas khusus gitu deh tv, kasur empuk atau diizinin jalan-jelan ke Bali, ehehehe"

mendengar perkataan Nugi yang terakhir, Disya pun tertawa terbahak-bahak "waahh kamu emang cocok banget deh jadi ketua KPK Gi, kok mendengar semua impian kamu itu untuk memberntas korupsi, aku jadi pengen jadi Ketua KPK juga, bener kata kamu 'jika ingin memberantas korupsi maka pimpinlah.. jadilah Ketua KPK' dengan memimpin kita bisa melakukan itu semua"

"Iyaa Sya, walaupun kita tidak akan pernah bisa menghilangkan korupsi secara total, karena setiap negara pasti ada tindakan korupsinya, sekecil apapun itu. Tapi paling tidak kita bisa menguranginya secara signifikan dan dapat memberikan kesejahteraan dan kepuasaan kepada rakyat"

Dua sejoli itupun akhirnya punya pengharapan yang sama "Andai Aku Jadi Ketua KPK"

Lomba blog KPK : http://t.co/T13dYMWm

Mulailah, then I would be..


Satu lagi kenalan saya lolos dapat beasiswa ke luar negeri, tepatnya ke Tunisia namnya Hanz..setelah beberapa teman, kenalan, atau sekedar mengisi list friends di facebook saya yang bisa studi ke luar negeri. Ada yang ke Turki kayak kak Akmal dan Andrian, ada yang ke German kaya Inna, ada yang ke Korea kayak temannya kak Yunus, ada yang ke Jepang kayak kak Bhakti dan orang yang dekat dengan saya sendiri yakni Paman saya namanya Djagal W. Marseno, ada yang ke Inggris kayak temennya kak Sonny dan temennya kak Andi dan bahkan kak Andi sendiri ke Singapore. Semuanya itu studi di luar negeri with scholarship betapa bangga dan bahagianya keluarga mereka, teman mereka, sahabat mereka dan terutama betapa bangga dan bahagianya diri mereka sendiri.

Saya selalu bertanya-tanya sama diri saya "kapan?" kapan saya bisa seperti mereka? kapan waktu itu tiba? kapan.. kapan... kapan... sebenaranya kapan saya bisa studi ke luar negeri itu yang menentukkan adalah diri saya sendiri. Kenapa saya bilang seperti itu? yup saya sendiriliah yang menentukan kapan saya bisa studi di luar negeri, karena untuk bisa studi ke luar negeri kita perlu mempersiapkan diri kita terlebih dahulu, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa memenuhi syarat-syarat agar bisa mendapatkan kesempatan sekolah ke luar negeri dengan beasiswa. Kapan saya harus mulai untuk memenuhi persyaratan-persayaratan itu? kapannya, saya sendirilah yang menentukan. contohnya untuk studi di luar negeri pasti dibutuhkan score yang tinggi dari  TOEFL, IELST atau apapun itu namanayaa, nah kalo kita gak pernah mau mulai untuk belajar belajar dan belajar dan memperdalam bahasa inggris, maka score yang disyaratkan pun juga gak akan pernah terpenuhi, yaa kaann?? semakin lama kita memulai berjuang untuk memenuhi itu semua semakin lama pula kita mendapatkan kesempatan untuk studi di luar negeri.

Oleh sebab itu "MULAILAH" memulai untuk memperjuangan mimpi-mimpi kita, kalau kita tidak pernah memulainya maka kita juga tidak akan pernah mendapatkannya. Seperti suatu masalah, masalah itu tidak akan pernah selesai jika kita tidak mau memulai untuk menyelesaikannya. Seperti seseorang yang ingin menjadi penulis, kalau mereka tidak memulai untuk membuat sebuah tulisan maka mereka tidak akan pernah jadi penulis. Begitu juga penyanyi, presiden, menteri, dosen, dokter atau apapun itu, mereka tidak akan pernah bisa 'menjadi' jika mereka tidak memulainya. Ada akhir, pasti ada awal terlebih dahulu, tidak mungkin akhir ada kalau tidak ada awal.  

Jadi, ayoo kita berani dan mau memulai, berkomitmen dan mempunyai integritas untuk memulai,  dan belajar memimpin diri kita sendiri, yang bersumber dari keinginan yang paling dalam dari diri kita seperti dalam proses Presencing dalam U Theory, keinginan yang terdalam untuk memulai mendapakan apa yang kita inginkan, kita harapkan dan kita cita-citakan..  Tapi di luar kuasa dan kendali kita, Allah lah maha penentu segala, kita hanya bisa berdoa, berusaha berusaha dan terus berusaha dengan mencoba memulainya.. maka, MULAILAH...

Wiyasti D. Maresno


Wednesday, 17 October 2012

Scandal of Jul Park - Part 2



Rangga hanya tersenyum melihatku, dia pun pasti tau alasanku kenapa aku tidak mau menyambut tangannya, yaaa karena tanganku kotor.

"Ooh Jul?" kata pemuda itu, akupun hanya mengangguk ketika dia menyebut namaku. "begini mba Jul" dia melanjutkan "saya di Taman ini, bukanny lagi cari perhatian orang-orang yang ada di Taman ini, teriakkan saya tadi pun tanpa saya sadari keluar begitu saja dari mulut saya saking kesalnya saya dengan apa yang sedang menimpa saya hari ini" Rangga memeperhatikanku sebentar kemudian melanjutkan "nah kalo mba Jul sendiri, sedang apa di Taman ini?"

Aku berfikir apa yang harus aku jawab, dia bertanya seperti itu karena memang benar-benar tidak tahu siapa aku atau hanya pura-pura tidak tahu dan ingin merendahkanku saja, tapi mungkin dia memang benar-benar tidak tau siapa aku, lalu aku putuskan untuk menjawab pertanyaannya dengan apa adanya "saya memang setiap hari di sini".

"oohh jadi udah agenda rutin yaa kamu kesini?" jawab Rangga.

"bukan agenda rutin lagi, saya memang tinggal disini, ini rumah saya"

Setelah mendengar ucapanku Rangga langsung melihat-lihat ke atas pohon dari pandangan matany "memang rumahmu disebelah mana?" tanya Rangga dengan masih tetap pendangan matanya melihat kesekeliling pohon yang ada di Taman.

"Ooh Tuhan, memangnya kamu pikir saya apa? dedemit? dedemit yang tinggal di atas pohon?" jawabku geram "saya tinggal di bawah pohon, bukan di atas pohon, tuh di sana" jawabku sambil menunjukkan bangku taman yang terbuat dari semen, panjangnya hanya sekitar satu meter setengah dan memang bangku itulah yang kujadikan sebagai tempat tidurku yang paling nyaman selama lima tahun ini.

Pernah sesekali aku mencoba tidur di kasur empuk waktu diminta untuk menemani Eyang Uti yang rumahnya persis di depan Taman ini, memang empuk dan nyaman sekali, tapi realita menyatakan kasurku di sini, di bangku semen Taman ini bukan di kasur empuk itu.

Rangga sadar ucapan Jul barusan itu serius, dan untuk meyakinkan kebenarannya Rangga kembali bertanya "kamuu beneran tinggal di sini?"

Aku hanya mengangguk meng-iyakan

"kamu gak punya tempat tinggal?"

aku kemudian kembali mengangguk.

Tentu saja Rangga tidak menyangka, sebagai anak jalanan aku cukup menjaga kebersihan tubuh dan pakaianku dibandingkan anak jalanan lainnya, minimal aku mandi sekali dalam sehari dan berganti pakaian sekali dua hari apabila tidak terlalu kotor, walaupun aku malas untuk sisiran makanya kupotong bondol saja rambutku tapi dua hari sekali aku keramasi biar wangi.

Eyang Uti selalu mengajarkanku untuk selalu menjaga kebersihan dan dia suka memberiku baju-baju bekas anaknya dulu yang masih bagus-bagus dan beberapa kali aku pernah dibelikannya baju seharga 400 ribu, baju terbaik dan termahal yang aku punya, aku baru memakainya 2 kali, yang pertama ketika aku memakainya di hari ulang tahunku dan yang kedua kukenakan saat menghadiri pemakaman Eyang Uti tiga tahun lalu.

Setelah Eyang Uti meninggal, baju itu tak pernah aku kenakan lagi dan kusimpan dengan rapih di dalam tas selempang yang selalu kubawa kemanapun dan hampir tak pernah kulepaskan dari tubuhku, karena disitulah hartaku yang paling berharga tersimpan. Setahun setelah kematian Eyang Uti, keluarganya pindah keluar negeri dan rumah itu di jual, penghuni barunya adalah pengantin baru yang sampai tahun kedua pernikahannya belum juga diberikan keturunan.

"Yaa beginilah hidupku, anak jalanan, gak punya rumah, orang tua entah dimana masih hidup atau sudah matipun aku tidak tau" kataku miris.

"hmmm, sudah lima tahun di sini, gak nyari tempat lain untuk tinggal, klo anak jalanankan biasanya tinggal dimana aja dan pasti selalu berpindah-pindah, emangnya gak di usir kantip klo tidur di sini?" Tanya Rangga

Aku tertawa mendengar ucapannya, dan menjelaskan sekali lagi kepada Rangga "kan tadi sudah saya bilang, ini rumah saya, gak ada yang berani mengusur saya dari sini dan aku sudah betah gak ada niat sedikitpun untuk pindah rumah :D" ucapku bangga. 

Aku senang bermain dengan anak-anak di sini, saling bersapa ramah dengan ibu-ibu muda, dan menjadi pendengar yang baik dari ocehan-ocehan para nenek-nenek dan kakek-kakek yang mengisi taman disetiap sore, yaa kalau bukan aku yang mau mendengarkan keluh kesah para manula itu lantas siapa lagi? Anak mereka saja sudah sibuk bekerja, tak ada waktu untuk mendengarkan ocehan-ocehan yang tidak penting dari mereka, dan cucu mereka pun layaknya anak muda di jamannya, bermain bersama temannya, pacaran, melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Kalaupun ada cucu mereka yang masih balita apa akan mengerti dengan apa yang di keluhkan oleh sang manula itu. Dan tak jarang aku dan mereka tertawa bersama, mereka sangat baik kepadaku, bisa menerimaku, bahkan kantip yang dibilang Rangga akan mengusirku itu sudah sangat akrab denganku dan mengizinkanku untuk menjadi penghuni Taman ini, yaa mereka memang harus mengizinkanku tinggal di sini, ini fasilitas umum yang dibuat pemerintah untuk rakyatnya, kalau mereka mengusirku dari sini memangnya pemerintah mau bertanggung jawab dengan membangunkanku sebuah tempat tinggal? peduli apa para pemerintah itu, cih.. Lagipula di taman ini aku bukan hanya sekedar makan dan tidur saja tapi aku juga turut serta menjaga taman ini, merawat tanaman-tanaman disini, menjaga kebersihan taman ini. Bahkan orang-orang disini menamai Taman ini dengan sebutan "Jul Park" Taman Jul, hahahaaa luar biasa bukan? 

"Oohh baiklah kalo memang itu sudah keputusanmu :)" Rangga tersenyum dan terdiam.

Sepertinya Rangga kehabisan kata-kata untuk berbicara padaku, atau mungkin dia merasa jijik denganku setelah ku beri tahu siapa aku di Taman in. Untuk menepis keheningan aku melontarkan sebuah pertanyaan yang memang sedari tadi aku ingin tanyakan ke pemuda itu yaaa ke Rangga, akupun mulai memberanikan diri bertanay "saya boleh tanya mas Rangga?" 

Rangga menoleh ke arahku dan lagi-lagi tersenyum dan berkata "tentuu saja boleehh, apa? apa yang ingin kamu tanyakan sama saya?" jawab Rangga dengan ramah.

Bersambung...


Sunday, 14 October 2012

Bangga Jadi Orang Indonesia, "Indonesia dari Pandangan Seorang Singapore : Copas dari blognya Imperium III

Saya baru menemukan cerita luar biasa ini di internet.

Sepertinya sudah lama beredar dan ternyata sudah sangat populer. Tidak ada yang tahu siapa yang menulis cerita ini, jadi penulisnya agak-agak misterius. Tapi ceritanya memang benar-benar menyentuh dan luar biasa, membuat kita kembali bangga jadi orang Indonesia. Membuat kita rindu kembali pada Indonesia. Selamat menikmati cerita ini.

Cerita seorang Backpacker Indonesia bersama seorang Singapore..

... Suatu pagi di Bandar Lampung,

kami menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak. Si bapak adalah pengusaha asal Singapura, dengan logat bicara gaya melayu, english, (atau singlish) beliau menceritakan pengalaman2 hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..
"Your country is so rich!".

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu.. "Indonesia doesn't need the world, but the world needs Indonesia", "Everything can be found here in Indonesia, u don't need the world", "Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !".
"Singapore is nothing, we cant be rich without Indonesia. 500.000 orang Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami, apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2 indonesia, ga peduli harga yang selangit, laku keras.
"Lihatlah rumah sakit kami, orang Indonesia semua yang berobat." "Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya, benar2 panik. sangat terasa, we are nothing."
"Kalian ga tau kan klo Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di Singapura dan Malaysia, kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras". "Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari malaysia.
Saya pernah ke Kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri".
"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo Indonesia?! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo.
Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah dari petani2 kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu kalian impor klo bisa produksi sendiri."
"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."



* * *

"Indonesia will rule the World"...

Wednesday, 5 September 2012

Harvard Project for Asian and International Relation


Pernahkah teman-teman mempunyai suatu keinginan besar dan kemudian itu terwujud? Saya yakin pasti sebagian besar dari kalian pernah mengalaminya ketika kalian benar-benar berusaha untuk mewujudkannya bersungguh-sungguh dan fokus dengan pencapaian itu. Begitu juga dengan saya. Saya memiliki keinginan di mana saya menginginkan suatu perubahan besar dalam diri saya yakni selama saya masih duduk di bangku kuliah saya bisa menjadi delegasi Indonesia dalam dunia Internasional salah satunya adalah konferensi  internasional yang diadakan oleh Harvard University dalam programnya yakni HPAIR (Harvard Project for Asian and International Relatioan) further infonya bisa dilihat langsung di sini www.hpair.org. Menjadi delegasi HPAIR di tahun 2012 ini adalah target saya, dan sudah tertulis di buku agenda saya.

Dari mana saya tahu tentang konferensi internasional tersebut? Dulu saya pernah memiliki seseorang yang saya suka dan saya kagumi. Dari dialah saya mengetahui tentang acara ini, dimana dia pernah  menjadi delegasi Indonesia dalam konferensi HPAIR tersebut beberapa tahun yang lalu. Seperti yang pernah saya tuliskan dalam beberapa postingan saya sebelumnya, pemuda tersebut adalah sesosok pemuda yang mmmm luar bisa dalam perspektif saya. Dari dialah saya banyak mendapatkan wawasan, pelajaran, ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang mengaggumkan, yah walaupun itu semua saya dapatkan secara tidak langsung. Saya mempelajari tentang kehidupannya melalui pengamatan saya sendiri yang saya dapatkan dari sosial media atau sumber informasi yang bisa dipercaya. Nah berawal dari situlah saya ingin tahu tentang segala hal yang belum pernah saya sentuh dalam kehidupan saya, ingin mencobanya, mengalaminya, mempelajarinya dan menjadi bagian dari pengalaman yang luar biasa tersebut. Saya melakukan pembenaran dari sebuah statment yang saya dapatkan dari Tumblrnya kak Kuntawi Aji, yang menyatakan bahwa “terkadang Tuhan mendatangkan seseorang dalam kehidupan kita bukan untuk kita miliki, melainkan untuk memberikan pelajaran lalu kemudian pergi” saya rasa statment itulah yang sedang saya alami saat ini, ketika dimana pemuda yang saya idam-idamkan itu hadir, memberikan pengetahuan dan pembelajaran dan sesudah saya tahu dan melek akan dunia itu luas dia pun pergi, menjauh dari kehidupan saya. Dan mungkin dalam waktu yang cukup lama dia akan menetap di negeri orang.

Dari semenjak dia menjadi delegasi HPAIR ini saya pun juga ingin menjadi salah satu delegasinya. Bertahun-tahun saya ingin mencoba tetapi betapa takut dan tidak percaya dirinya saya untuk memulai semua itu karena saya tahu ada keterbatasan diri saya yang tidak memungkinkan diri saya untuk terjun dalam dunia Internasianal. Alasan klasiknya adalah saya tidak fasih berbahasa inggris dengan baik, bahkan untuk tingkat menengahpun saya rasa saya belum mencapainya. Hingga pada suatu ketika saya dipertemukan dengan seorang dosen senior di dalam beberapa mata kuliah saya, beliau selalu memberikan wejangan kepada mahasiswanya bahwa kita harus bersungguh-sungguh dalam  belajar, bersungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, bersungguh-sungguh dalam mewujudkan apa yang kita inginkan dan kita cita-citakan dan bersungguh-sungguh dalam semua hal dalam seluruh aspek yang kita jalani dalam kehidupan ini. Kata-kata bersungguh-sungguh itulah yang menggetarkan hati saya untuk bernai mencoba untuk merealisasikan sesuatu yang saya impikan.
Dan hingga pada akhirnya, beberapa bulan yang lalu ketika saya meregistrasikan akun saya di web HPAIR dan mendapatka informasi bahwa HPAIR akan mengadakan konferensi di Taipei, saya mencoba mendaftarkan diri sebagai delegasi HPAIR dari Indonesia. Awalnya saya ragu, karena masih dengan satu alasan yang sama yakni kemampuan komunikasi inggris saya, tetapi karena seorang teman yang baru saya kenal bernama Fajar yang juga mendaftarkan diri sebagai delegasi HPAIR yang memberikan saya sebuah semangat, memberikan saya motivasi dan keyakinan pada diri saya untuk mencoba mencoba dan mencoba mendaftar walaupun hanya dengan bermodal nekad dan tekad. Seleksi administrasipun saya ikuti dengan isian sekedarnya, yang mana sekedarnya itu adalah kemaksimalan kemampuan saya. Betapa terkejutnya saya dan senang bukan main ketika sebulan kemudian pihak HPAIR mengirimkan saya sebuah e-mail untuk melakukan wawancara melalui Skype, hal ini memberitahukan bahwa saya lolos seleksi administrasi dan proses seleksi berikutnya adalah wawancara. Setelah sepakat menentukan kapan waktu dan tanggal wawancara, saya segera menghubungi teman saya Riza untuk menemani saya ketika wawancara berlangsung, karena faktor takut. (sebenernya untuk seleksi wawancara ini ada sedikit kendala, tapi saya rasa tidak perlu di paparkan, bukan karena tidak penting tapi karena faktor malu :D).
Oke baiklah waktu pengumuman akhir telah tiba setelah beberapa lamanya menunggu, satu pesan e-mail dari HPAIR pun saya terima yang menyatakan :



Kalian pasti sudah tahu bagaimana perasaan yang saya rasakan saat melihat dan membaca rangkaian kata demi kata dari pesan itu, perasaan yang tidak bisa saya ungkapkan, tidak bisa saya jabarkan dan paparkan dalam sebuah bentuk tulisan. Bahagia luar biasa, bersyukur luar biasa kepada Allah S.W.T. Saya masih sungguh sangat tidak percaya dengan keputusan yang panitia HPAIR buat yakni meloloskan saya dalam seleksi ini, saya bisa lolos dalam persaingan internasional. Kedua orang tua saya, teman-teman saya ikut senang dibuatnya. Satu hari setelahnya LoA (Letter of Acceptance) atau surat/undangan resmi dari HPAIR untuk saya pun saya terima. (Terima kasih kepada Bapak Waluyo yang telah mengajari saya tentang hal bersungguh-sungguh, salam hormat)




Setelah seleksi yang memainkan ribuan perasaan itu berakhir, hal selanjutnya adalah mencari teman yang juga di terima sebagai delegasi HPAIR dari Indonesia. Satu persatu teman saya dapatkan, dari berbagai daerah dari berbagai universitas dan dari berbagai negara, Alhamdulillah lancar. Hal selanjutnya yang harus dipikirkan dan dilakukan adalah bagaimana mencari pihak-pihak yang bersedia mensponsori kita untuk berangkat konferensi yang akan di selenggarakan di Taipei pada tanggal 24-24 Agustus 2012 lalu ini, inilah hal yang paling penting diantara hal penting lainnya karena biaya acara ini ditanggung sepenuhnya oleh delegasi. Dalam waktu dua minggu paling tidak kami harus bisa mendapatkan dana sebesar biaya pendaftaran atau registrasi ulang yang mana batas pembayaran terakhir jatuh pada akhir bulan Juni.
Selama dua minggu itu saya mencoba mencari-cari info tentang perusahaan-perusahaan yang memungkinkan untuk memberikan sponsor, menyebarkan proposal ke sebanyak-banyaknya instansi yang saya bisa seperti yang dipesankan teman saya Fajar, sayang Fajar tidak diterima sebagai delegasi padahal saya percaya kemampuan dia jauuhh melebihi saya, dia pernah ikutan konferensi internasional juga sebelumnya, pasti dia lebih berpengalaman dari saya, tetapi kenapa saya diterima dia tidak? hanyalah Allah S.W.T yang tahu akan jawaban itu. Karena keterbatasan waktu dan biaya, proposal tersebut saya sebarkan melalui e-mail perusahaan, walaupun ada juga yang saya kirim langsung seperti ke departemen jurusan, fakultas dsb.

Dalam proses pencarian sponsor, saya berkenalan dan bertemu dengan beberapa anak UI yang juga diterima sebagai delegasi HPAIR yakni Alya (FE), Vinda (FISIP), Bestari (FE), dan Merisa (FIK) selain itu ada juga Gladis (FK) tapi dia dari USU. Akhirnya kami memutuskan membuat suatu tim kecil untuk mencari sponsor, terutama untuk ke bagian mahasiswa kampus. Setelah data masing-masing dari kami dikumpulkan, jadi lah sebuah proposal, proposal ini telah rampung di H-5 dari registrasi pembayaran. Ketika desain dari proposal kita itu mau di bawa ke percetakan, saya jadi ragu apakah dalam waktu kurang dari satu minggu bisa mendapatkan sponsor? sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk registrasi itu cukup besar i.e US$375 dan untuk bayar registrasipun uang tabunganku belum mencukupi. Akhirnya dari pada nantinya akan sia-sia, sebelum proposal itu dibawa ke percetakan dan di cetak banyak saya memutuskan untuk mundur dari tim kecil ini. Karena aku tau aku tidak bisa menalangi untuk biaya pendaftarannya terlebih dahulu. Kedua orang tua saya padahal mau membantu membiayai, tapi saya-nya yang menolak, sebab bulan ini berbarengan dengan pembayaran kuliah yang mana notabene nya bayar kuliah ekstensi itu mahaaaalll, melebihi biaya S2 per-semester di rumpun ilmu sosial dan di tambah lagi orang tua saya yang sudah pensiun, manaa tegaa saya. 


Tadinya saya juga sempat bingung, antara terima tawaran orang tua atau tidak terima, tapi akhirnya saya dimantapkan oleh salah satu teman saya untuk menolak tawaran itu, dia bilang seperti ini "kalau ragu ga usah diterusin, gitu aja.. seberapa besar keuntungan ini program buat masa depan lu, sebanding ga dengan pengorbanannya". Tidak perlu pemahaman dua kali atau berfikir dua kali lagi untuk menolak, saat membaca pesan dari Ermy ini hati saya mantap untuk mundur dari tim dan menolak tawaran orang tua. Tetapi walau sudah mundur dari tim itu saya tetap masih berusaha mencari sponsor semampu saya, sampai batas waktunya berakhir. Dan sudah bisa ditebak, untuk kali ini saya tidak dapat memanfaatkan kesempatan konferensi internasional untuk pertama kalinya.


Tetapi ini semua bukanlah suatu kegagalan buat saya, melainkan suatu pengalaman berharga, suatu awal yang mengagumkan seumur hidup saya bisa tembus ke dunia internasional dan tercapainya target saya untuk bisa menjadi delegasi HPAIR di tahun 2012 walaupun akhirnya tidak bisa berangkat ke Taipei untuk menghadiri konferensinya. Ini merupakan awal yang baik akibat dari bersungguh-sungguh. Dengan ketidak mampuan saya menghadiri konferensi itu, memberikan pembelajaran kepada saya, bahwa kita tidak bisa hanya mengandalakan sponsor saja tetapi juga harus punya modal pribadi. Jadi pesan saya untuk teman-teman adalah, kalau ingin mengikuti konferensi internasional kita juga harus mengumpulkan modal terlebih dahulu dan itu bisa di dapat dengan kerja kerja kerja. Dan dengan hal dimana saya bisa lolos seleksi HPAIR ini adalah pembuktian dari Allah bahwa saya mampu dan bisa untuk belajar ke luar negeri nantinya, ke INGGRIS..INGGRIS..INGGRIS... :D aamiin ya Allah..

Sekarang yang harus saya lakukan adalah melakukan perbaikan diri, belajar..belajar..belajar..  memperbaiki bahasa inggris, mengumpulkan modal, mencari beasiswa dan tentu saja harus menambah wawasan dengan baca..baca..baca.. Juga tidak lupa untuk selalu berdoa dan bersungguh-sungguh.

nb : dari tim kecil itu yang jadi berangkat hanya 3 orang i.e Merisa, Gladis dan Bestari.

Regards,