Time is Flow

Friday, 31 August 2012

Scandal of Jul Park - Part 1


Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, dengan langkah gontai, di bawah hujan gerimis yang membasahi di beberapa sudut kota sore ini, siapa gerangan, sosoknya yang gagah, nampak tampan dengan berbalutkan kemeja merah hati, mengenakan celana bahan hitam dan sepatu pantofel yang masih berkilauan dan bisa ditebak kalau sepatu itu pasti baru di beli sehari yang lalu atau paling tidak lamanya seminggu yang lalu, pemuda itu cukup tinggi, mungkin aku hanya mencapai bahunya. Dia berjalan dengan gontai, sungguh sangat tidak seimbang dengan perawakannya. Tak biasanya ada karyawan yang singgah di taman saat jam pulang kantor, padahal setiap pegawai, karyawan atau para pekerja lainnya ingin selalu segera sampai dirumah, tapi tidak dengan pemuda itu. 

Aku yang setiap harinya ada di taman baru kali ini melihat pemandangan itu, biasanya jika sore hari seperti ini, taman hanya diisi oleh anak-anak yang bermain bola, ibu-ibu yang menyuapi anaknya atau para orang tua lanjut usia yang sedang bermain dengan cucu mereka. Tapi sore ini lain, ada sesosok pemuda berpakain rapih yang bisa ditebak kalau dia sudah bekerja, "ah mungkin dia sedang ada janji dengan seseorang, "mmm kencan pertama mungkin" pikirku, "tapiii... aahhh tidak..tidak.. sepertinya pemuda itu bukan sedang menunggu seseorang tetapi seperti sedang menunggu jawaban, yaa jawaban, teppaatt, jawaban dari keresahan hidupnya, semuanya terbaca olehku dari raut ekspresinya dari cara dia memainkan keningnya, matanya, atau kepalanya yang sesekali melihat ke atas kemudian menghela nafas sambil melemparkan pandangannya ke bawah.

Aku penasaran, lalu perlahan ku ayunkan kakiku menuju tempat pemuda itu berjalan mondar mandir bak orang kebingungan, menimbang-nimbang dan sesekali dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan apa yang ada dalam pikirannya. Tak terasa ayunan kaki ini semkin lama semakin dekat, dan entah kenapa jantung ini berdegup, semakin mendekati, degupan jantung ini pun semakin kencang.

Tak kurang dari tiga langkah lagi mencapai pemuda itu tiba-tiba "Aaaaaaaarrrrrrggghhhhttttt....." pemuda itu berteriak sangat kencang sambil menghentakkan tangannya ke udara yang semula digunakan untuk menyandarkan kepalanya. Tentu saja kejadian itu sangat mengagetkanku, aku spontan memberhentikan langkahku dan menstabilkan degupan jantungku yang dipicu oleh teriakkannya itu, sambil membisu dan sesekali menarik nafas dan menghelanya pelan. Benar perkiraanku, dia bukan menunggu seseorang, tapi menunggu jawaban.

Setelah beberapa detik terjadi keheningan karena teriakannya, aktivitas para pengunjung taman kembali normal yang sempat berhenti karena mengalihkan perhatiannya pada pemuda itu. Akupun memutuskan untuk kembali ketempat semula dan mengurunkan niatku untuk menyapa pemuda itu, aku membalikkan badanku dan berjalan perlahan ketempat tadi aku bersantai. Tapi, aku kembali berfikir "jika aku tidak menghampirinya dan menanyakan apa yang sedang dia permasalahkan aku akan jadi penasaraaann dan terus penasaran, mungkin aku tidak bisa tidur dua malam karena memikirkanya, "ah sial...!". 

Akhirnya aku membalikan kembali tubuhku ke arah pemuda itu, dan dengan langkah yakin aku menghamprininya, hanya berjarak kurang lebih 80cm dari pemuda itu aku kemudian langsung menge-judge nya "lagi stress ya mas? atau lagi cari perhatian orang-orang di sini dengan berteriak kencang kayak tadi?" mendengar perkataanku, pemuda itu melihat kearahku sambil mengerutkan dahi diantara alis kanan dan kirinya, yaa ekspresi menanyakan maksud perkataanku barusan. Akupun terdiam dengan ekspresi tercengang takjub, pemuda itu sangat tampan, mampu memicu jantungku untuk berdetak lebih kencang, bahkan sangat kencang. 

"Bicara sama saya?" pemuda itu bertanya kepadaku sambil menunjuk dirinya sendiri.

"coba mas liat kiri kanan mas! emangnya saya gila?" jawabku sedikit intonasi tinggi. Pemuda itupun langsung melihat kiri dan kanannya, dan tidak satupun wujud yang dia temui selain aku di situ, lalu tiba-tiba pemuda itu tertawa lebar tanpa suara, aku pikir dia akan menjawab ketus ucapanku tadi, tapi ternyata dia tersenyum. 

Yaa Tuhan, benar-benar tampan pemuda ini dan senyumnya mampu menggetarkan sanubari jantungku, sambil menyembunyikan perasaanku yang tak karuan aku berkata kepada pemuda itu "kenapa ketawa? emangnya ada yang lucu?, saya serius..". 

Pemuda itu tertawa lagi, kali ini mengeluarkan suaranya dan kemudian berkata "nah justru itu, keseriusanmu yang membuat saya tertawa.. itu sungguh lucu" pemuda itu tertawa lebih kencang, mentertawakanku, apanya yang lucu, dia pikir aku dagelan? aaarrgghhsshhiitt...!.

Melihat raut mukaku yang geitr, pemuda itu melanjutkan "saya Rangga" sambil menjulurkan tangan kananya kepadaku, aku tersentak "maaf deh kalo ketawa saya tadi membuat mba ini kesal, saya hanya cari hiburan dari kesuntukkan saya hari ini" pemuda itu melanjutkan. 

TEPATT..!!!! dia anggap aku ini memang dagelan dibuatnya, tapi apa dayaku, kemarahan ini seketika hilang dengan sebuah senyuman dan uluran tangan dari pemuda itu, dan yang membuatku terheran, kenapa dia mau bersalaman denganku, menjabat tanganku, menyentuh tanganku yang kotor dengan kuman, aku tak sebanding dengannya, dia tak pantas menyentuhku, dia tak boleh terkena kuman yang menempel di sela-sela jemariku bahkan di setiap titik garis tanganku.

"guee Jul.. Julaiha, tapi panggil aja Jul" jawabku sambil membuang muka melihat ke sekeliling taman karena gugup dan tanpa membalas sambutan tangannya.

Bersambung...


Thursday, 23 August 2012

Lebaran vacation = pulang kampung


Seumur hidup setiap lebaran itu saya ga pernah yang namanya pulang kampung, tapi bukan berarti saya penduduk asli Jakarta, hanya saja sesepuh saya alias mbah buyut saya yang tinggal di Jawa sudah tak ada lagi sedangkan mbah saya yang dari kedua orang tua saya semuanya tinggal di Jakarta, merekapun kini telah tiada, hhiikksss. So sehubungan kedua orang tua saya anak tertua yang mana pengganti orang tua, alhasil setiap lebaran seluruh keluarga besar Marseno (keluarga Bapak) maupun Soedalmo (keluarga Ibu) kumpulnya di rumah, pastinya rumah jadi sangat ramai dan tentunya masak ketupat beserta teman-temannya selalu dalam porsi besar.

Well balik lagi ke masalah pulang kamu, udah dua kali lebaran, tahun lalu dan tahun ini saya dan kakak saya (Mba Tiwi) pulang kampung tapi pulang kampungnya ke kampung orang, lhoo kok bisaa?? iyaa jadi kampungnya itu kampung punya sepupu saya Pipit dan Puput, lokasinya di Brebes sekitar 314km dari Jakarta, karena berangkatnya malam pas hari H lebaran jadi Jakarta-Brebes bisa di tempuh dalam waktu 4-5 jam, cepett yaa dibandingkan berangkatnya sebelum hari H lebaran. Jadi kemarin tuh habis lebaran di rumah, pagi-pagi buta esokkan harinya kami berangkat ke Brebes tepatnya ke Desa Kersana.

Kami sampai disana sekitar pukul delapan pagi, yang utama kita cari adalah kassuurr, hehehe.. yup kami ngantuk banget dan cukup lelah di perjalanan jadi wajar kalo yang di cari pertama adalah kasur. Di Desa Kersana, udah ada beberapa perubahan, tahun lalu di depan rumah Mbah Sukarman (red : Omm Mulyono father, Pipit & Puput grandfather) itu masih ada sawah dan kebun-kebun gitu, sekarang tempat itu lagi di bangun untuk bendungan. Padahal menurut saya, sayang banget kalo sawahnya di gusur padahal desanya jadi terlihat labih asri klo pemandangannya itu sawah dan kebun.

Di sana kami gak lama cuma dua hari satu malam, sebab Oom Mulyono (red: Pipit & Puput father) ada panggilan apel hari Rabu paginya. Hari pertama disana di isi dengan acara tahunan keluarga besar Mbah Sukarman. Acaranya itu berbentuk arisan keluarga yang di adain tahunan, memang sederhana tapi dampak yang di timbulkannya lebih dari sederhana, yakni luar biasa. Bayangkan acara arisan ini bisa mempersatukan dan mempererta jalinan silaturahmi dalam satu keluarga besar yang sekarang tempat tinggalnya terpencar ke berbagai daerah, ada yang di Jakarta, Tangerang, Cirebon, dan Tegal. Acara yang biasanya diadakan H+1 di Desa Kersana ini mewajibkan seluruh anggota keluarga yakni anak-anaknya Mbah Sukarman hadir dalam kumpul keluarga ini, inilah yang membuat keluarga Mbah Sukarman menjadi harmonis dan solid. Setelah acara selesai, kami pergi ke makam mbah-mbah dan saudara-saudara yang sudah tiada, makamnya ga jauh dari rumah, mungkin hanya 20 meter, kami mengirim doa bersama disana. Sehabis dari makam, kami main ke bendungan yang masih di garap itu, dari sana bisa terlihat pemandangan sunset loh. Dari banyaknya keluarga yang berkumpul, saya jadi punya tambahan kenalan saudara, ada Ari & Nana (anaknya Pakde Kismo), ada Jafar beserta 2 adiknya (anaknya Lik siapa yaa, lupa hehe), ada Yudha (anaknya Bulik Warni) yang setia jadi photografer kita disana, ada Rendra & Rizky (anaknya Oom Yudi) yang lucu-lucu banget dan ada Yurin (anaknya Oom Kusrin) yang lucu dan punya rambut kriting spiral.

Malam harinya, kami menikmati pesta kembang api, di sana banyak yang nyalain kembang apa yang melemparkan bunga apinya di angkasa. Ternyata Oom Mulyono bawa kembang api serupa, semakin ramai saja pesta kembang apinya, yeeaahh sangat menyenangkan. Setelah semua kembang api habis dinyalakan, kami lanjutkan dengan bercengkraman bersama keluarga, kami ngobrol membahas apa saja yang bisa dijadikan bahan obrolan. Hari semakin larut, udah banyak yang menuju alam mimpi, tapi saya, Pipit, Puput dan Yudha malahan nonton film di laptop kepunyaan Yudha. Film yang kami tonton ga banyak, cuma dua, dari film yang bikin kami tegang karena action nya Fast and Furious 5 sampai diredakan dengan film Johnny English Reborn yang bikin kami ketawa-tawa. Setelah film kedua selesai ditonton, saya, Pipit dan Puput bergegas untuk mengikuti yang lainnya yakni menuju alam mimipi, meninggalkan Yudha di ruang tamu bersama laptopnya dan Oom Mulyono yang sedari tadi menemani kami nonton tetapi sambil tidur :)

****

Malam berganti pagi lagi, pagi hari di hari kedua di sana gak banyak yang dilakukan, hanya aktivitas biasa saja (ngobrol, nonton tv, makan, dan tak lupa foto-foto :)). Oh iyaa tapi ada satu hal yang kami lakukan di pagi hari yang bikin berkesan, yakni menyembelih ayam, yup Mbah Sukarman punya ternak ayam sendiri loh, jadi lauk untuk sarapan pagi ini adalah ayam dari kadang sendiri, wahh asik yaa. Sekitar jam sepuluhan, tadinya saya, Pipit, Puput dan Mba Tiwi mau ikut nganter Bude Kismo, Ari juga Nana pulang ke Tegal (Pakde Kismo-nya udah pulang duluan ke Tegal kemarin sore) tetapi ternyata mobilnya gak cukup, jadi cuma Oom Yudi dan keluarga juga Yudha saja yang nganter ke Tegal. 

Hari ini rencana kita mau pulang ke Jakarta, berangkat sehabis maghrib karena besok paginya Oom Mul harus apel, tetapi ternyata telor asin pesenan Omm Mul belum matang dan matangnya sekitar jam sembilan malam. Akhirnya sambil menunggu telor asin itu masak, kami bersilaturahmu ke rumah Mbah Subekti dan kedua kakak perempuannya (lupa namnay mbah siapa ;)). Letak rumah mbah-mbah ini dekat sekali dari rumah Mbah Sukarman, mungkin ga sampai 50 langkah kaki juga sudah tiba di rumah mereka. Setelah asik melahap kue-kue di rumah mbah-mbah itu, waktupun menunjukan pukul sembilan lewat, kami bergegas kembali ke rumah Mbah Sukarman dan menyiapkan barang-barang untuk kembali pulang ke Jakarta. Setelah semua barang-barang masuk mobil dan berpamitan pulang, berangkatlah kami menuju Jakarta.

Sebelum melanjutkan perjalanan pulang, kami sempat singgah dulu di Cirebon, mengantar Bulik Warni dan Yudha ke kediamannya. Hanya memakan waktu satu jam untuk sampai di Cirebon dari Brebes. Sesampainya disana, Oom Mul dan Tante Didin (Pipit & Puput mother) sejenak merebahkan badannya dari rasa lelah dan kami sempat menikmati teh hangat, kue dan masakannya Bulik Warni loh. Sambil menunggu Oom Mul dan Tante Didin selesai beristirahat, kami bercengkraman membahas kemana Yudha akan melanjutkan studinya nanti yang sekarang dia sudah kelas tiga SMA. Kalau ayahnya, ingin dia masuk ke pendidikan kepolisian, STPDN, STTD atau jadi Pilot, terus si Pipit & Puput mempromosikan UGM tempat sekarang mereka kuliah dan tentu saja aku juga menghasut Yudha untuk kuliah di UI. Pasti si Yudha semakin dilema mau pilih yang mana, sedangkan saat di tanya dia minatnya dimana, Yudha bilang belum tau, "masih gelap" katanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi, ketika Oom Mul terbangun dari tidurnya berkata "klo tadi ga bangaun sendiri, sampe jam empat pagi juga ga ada yang bangunin ini" hehehe. Karena di kejar waktu, langsung saja kami bersiap-siap melanjutkan perjalanan pulang. Akhirnya setelah empat jam perjalanan, tibalah kami di Jakarta, tiba di rumah, bersih-bersih dan kemudian tidur :)

sekian
*lebaran kali ini sungguh sangat berkesan, saya jadi bisa merasakan suasana pulang kampung :D

nb: fotonya belum bisa di upload karena masih nunggu kiriman email dari Yudha, nanti setelah saya terima foto-fotonya dari Yudha akan segera saya upload :)


Sunday, 19 August 2012

Happy Ied Mubarak 1433





Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin 
Maafkan atas segala kesalahan saya baik yang disengaja ataupun tidak disengaja
selamat kembali ke fitrah, selamat lebaraaann :)
salam Wiyasti Dwiandini

Saturday, 18 August 2012

Dirgahayu Negeriku Indonesiaku ke 67


Selamaatttt Pagiiii Nusantara, karena semangat jiwa pancasila dan nasionalisme saya, pagi-pagi abis imsak dan sholat subuh dengan terngantuk-ngantuk saya sempatkan membuat postingan dalam rangka untuk mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan untuk negeri tercintaku, tanah air negeriku Indonesiaku, tempat aku dilahirkan dan menututp mata kelak... Biar kita selalu semangat, tulisan postingan ini saya kasih warna merah yang memiliki arti keberanian dan merupakan makna dari warna merah di bendera negeri kita Sang Saka Merah Putih.. 

Berhubung umur saya yang sudah bukan anak sekolahan lagi, yang menghargai perjuangan kemerdekaan dan para pahlawan dalam berjuang mati-matian untuk memerdekakan Indonesia dari para penjajah dan perjuangan mempertahankan NKRI dengan cara melakukan upacara bendera, upacara kemerdekaan 17 Agustus, maka saya putuskan untuk memberikan suatu penghormatan kepada pahlawan dan negeri ini dengan cara membuat postingan di blog saya sebagai tanda cinta saya kepada tanah air Republik Indonesin, asikasik..

Terkadang saya suka heran kenapa yaa upacara bendera tidak dilaksanakan secara rutin setiap hari Senin di kampus-kampus seperti di sekolahan gitu. Makna dari upacara bendera itu kan untuk menumbuhkan semangat jiwa pancasila dan meningkatkan rasa nasionalisme yang tinggi dari para pemuda terhadap negara, tapi malahan dikalangan mahasiswa (kampus) atau di kalangan pemuda yang merupakan aktor-aktor sebagai pondasi keutuhan NKRI malah tidak dilakukan upacara bendera. Dan kenapa juga tidak ada mata kuliah Sejarah di setiap jurusuan, terutama Sejarah yang membahasa perjuangan RI, yang menurut saya itu adalah pelajaran wajib yang harus di pahami oleh kalangan pemuda (hehehe wah bisa-bisa saya didemo dan ditimpukin mahasiswa se-Indonesia nih karena menyarankan untuk mengadakan pelajaran Sejarah di setiap jurusan di tambah menyerukan upacara bendera rutin setiap hari Senin, yaaaa atau paling enggak sekali dalam satu bulan lah).

Hari Kemerdekaan RI kali ini jatuh pada hari Jum'at, hari yang sama 67 tahun silam ketika proklamasi kemerdekaan dikumandangkan yang menandakan Indonesia telah bebas merdeka. Bebas? Merdeka? Huh omong kosong, katanya negar kita sudah bebas merdeka, tapi nyatanya masih banyak penjajahan yang terjadi di negeri kita, baik penjajah asing maupun parahnya penjajah lokal. Penjajahan oleh asing di umur Indonesia yang menapak 67 tahun ini dilakukan dengan membangun perusahan-perusahan asing di Indonesia untuk mengeruk semua harta kekayaan alam Indonesia, merampok habis-habisan sumber daya alam Indonesia baik itu minyak, tembaga, emas, batu bara bahkan pohon berkualitas yang dimiliki Indonesia. Dan lebih parahnya lagi semua itu di legalkan oleh oknum pemerintah kita, oleh penjajah lokal, dimana dengan hal itu mereka bisa memperkaya diri mereka sendiri dengan tindakan pidana korupsi atau yang dikenal dengan sebutan Tipikor. Hal itu sungguh sangat merugikan ibu pertiwi kita, memiskinkan rakyat dan menyengsarakan rakyatnya Indonesia, rakyatnya sendiri.

Huuuffhhh bikin emosi jiwa memang kalo membicarakan hal itu, lebih baik kalau kita cerita tentang detik-detik kemerdekaan RI 67 tahun silam. dimulai pada tanggal 6 Agustus & 9 Agustus 1945 yakni jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki. Bom yang jatuh di dua kota besar di Jepang itu menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 15 Agustis 1945 yang diumumka oleh Kaisar Hirohito kepada masyarakat interenasional melalui radio NHK yg merupakan jaringan resmi radio Jepang. Hal ini menyebabkan terjadi kekosongan kekuasaan atas Jepang di Indonesia. 

Tokoh pemuda Sutan Syahrir adalah orang pertama yang mendengar berita menyerahnya Jepang, yg diterimanya melalui radio yang tidak disegel oleh pihak Jepang yakni BBC. Siang hari pada tanggal 15 Agustus 1945, Syahrir mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sesegera mungkn tanpa melalui PPKI. Sempat terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua (Soekarno-Hatta) dengan golongan muda mengenai cara pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut golongan tua pelaksanaan proklamasi kemerdekaan harus dibicarakn melalui rapat PPKI terlebih dahulu. Namun Syahrir menganggap PPKI adalah buatan Jepang. Oleh karena itu, Proklamasi kemerdekaan melalui PPKI akan memberikan kesan bahwa kemerdekaan RI itu adalah pemberian dari Jepang.

Perbedaan pendapat antar dua golongan ini menyebabkan golongan muda menculik atau mengasingkan Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, dengsn tujuan agar proklamasi kemerdekaan yang lepas dari pengaruh manapun termasuk Jepang harus segera dilaksanakan. Soekarno dan Moh. Hataa harus diamankan keluar Jakarta agar terlepas dari pengaruh Jepang dan memproklamasikan kemerdekaan sesuai kemauan kalangan muda. Tokoh-tokoh pemuda yang ditugasi untuk mengasingkan Soekarno dan Moh. Hatta adalah Sukarni, Jusuf Kunto dan Shodanco Singgih. Kota Rengasdengklok dipilih untuk mengasingkan Soekarno dan Moh.Hatta karena kota Rengasdengklok yang dekat dengan Kerawang itu terletak 15 km dari jalan raya, hal itu berakibat geraka tentara Jepang dari Jakarta, Bandung & Jawa Tengah dapat diketahui. 

Kesudahan dari peristiwa ini adalah bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan segera setelah kembali ke Jakarta, lalu Shodanco Singgih menyampaikan kesediaan Soekarno kepada golongan pemuda yang berada di Jakarta. Soekarno menjamin bahwa proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakn pada tgl 17 Agustus 1945 sebelum pukul 12.00 wib. Atas dasar kesepakatan itu Ahmad Subarjo berangkat ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Moh.Hatta. Teks proklamasi dirumuskan di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Moyokodori yg bersedia menjamin keselamatan tokoh-tokoh yang berkumpul. Tiga tokoh yg menjadi pelaku perumusan teks proklamasi adalah Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo.

Teks prokalmasi terdiri dari dua kalimat yang merupakan sumbangan pemikiran dari Moh. Hatta & Ahmad Subarjo. Kalimat pertama merupkn pernyataan kemauan Bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Kalimat kedua merupakan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan (Transfer of Sovereignity). Naskah otentik proklamasi yang sudah diketik oleh Sayuti Malik dan ditandatangani Soekarno dan Moh. Hatta atas nama Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu resmi dikumandangkan di kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56 yang tadinya akan dilaksanakan di lapangan Ikada (lapangan sudut tenggara Monas). Karena pembacaan proklamasi di lapangan itu akan menimbulkn bentrokan antara rakyat & pasukan Jepang akhirnya dilaksanakn di rumah Soekarno.

Dalam upacara proklamasi kemerdekaan ada tiga tahap bagian, yakni yang pertama adalah pembacaan teks proklamasi dangan pidato singkat yang dikumandangkan oleh Soekarno dan didampingi oleh Moh. Hatta. Tahap yang kedua adalah pengibaran Sang Saka Merah Putih. Pengibaran bendera yang dijahit oleh Fatmawati Soekarno itu dilaksanakan oleh S.Suhud dan Shodanco Latief. Seiring berkibarnya Sang Saka itu, serentak rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya, yang menjadi dirigennya adalah SR Trimueti. Dan tahap terakhir dalam upacara proklamasi kemerdekaan itu adalah sambutan dari Suwiryo dan dr.Muwardi. 

Berita mengenai proklamasi kemerdekaan disebar ke seluruh Indonesia melalui tulisan, dari mulut ke mulut maupun melalui media massa seperti pamflet yang ditempel di gerbong kereta api dan tempat-tempat yang strategis, melalui Kantor Berita Domei (kantor berita Antara), melalui surat kabar Cahaya dari Bandung dan Soeara Asia dari Surabaya, melalui utusan keberbagai daerah maupun melalui stasiun radio Joso Kauri Kyoku yakni RRI pusat. Proklamasi kemerdekaan memiliki makna dan arti penting bagi Bangsa Indonesia yakni merupakan perwujudan niat dan tekad rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Dengan tekad dan kekuatan sendiri, ingin menentukan nasib sendiri atau mengatur pemerintahan sendiri.. MERDEKA....

Begitulah sepenggal kisah di detik-detik kemenagan rakyat Indonesia melawan penjajah hanya dengan menggunakan bambu runcing dan cinta tanah air yang begitu luar biasa kepada Ibu Pertiwi, Indonesia...

"You cam love your country without love your government"
Dirgahayu Republik Indonesia, Happy independence day my beloved country, Indonesia..

with love 

Friday, 17 August 2012

Prolog : Langit Biru Di Pinggir Danau Kenanga


Tiba-tiba saja Langit datang ke kedai kopi yang biasa dikunjungi Anin, memang tidak susah kalau mencari Anin di hari Selasa sore, dia pasti selalu ada di sana, jadwal rutin katanya. Tepat sekali tebakan Langit, Anin memang ada di sana, seperti biasa menikmati Choco Coffee menu favoritnya dengan ditemani dua benda yang selalu menjadi kaki tangannya, buku ensiklopedia dan juga laptop Fujitsu 13 ichnya itu hadiah pemberian dari pamannya. Tampak ragu-ragu langkah Langit untuk menghampiri Anin, ia tidak yakin apa yang akan dikatakannya kepada Anin, tapi Langit tidak bisa lagi menunda terlalu lama "katakan sekarang atau tidak sama sekali" bisik yakin dari hatinya. 

Anin yang dengan serius memahami rantaian kata demi kata dalam buku yang selalau menemani dia menikmati tetesan rasa kopi kesukaannya tak menyadari kedatangan Langit yang kini telah duduk di kursi kosong yang hanya terpisahkan oleh meja berbentuk lingkaran dengan tinggi yang tak mencapai satu meter. Anin dikagetkan dengan suara khas bassnya yang dimiliki Langit ketika memanggil namanya, dengan jantungnya yang berdegup tak stabil dan perasaan yang tak karuan Langit membenarkan duduknya dan mencondongkan tubuhnya ke arah Anin yang membuktikan bahwa Langit ingin berbicara serius. 

Tanpa basa-basi Langit menceritakan bahwa dia terpilih untuk dipindah tugaskan dua tahun mendatang ke Potsdam yang merupakan ibu kota dari sebuah negara bagian Jerman yakni Brandenburg, kota ini mengelilingi ibu kota Jerman yakni Berlin. Pemindah tugasan ini merupakan hal yang sangat di idam-idamkan oleh Langit, Anin pun senang bukan main ketika sahabatnya sedikit lagi akan mewujudkan impiannya itu. Tapi ada hal lain yang di ungkapkan Langit yang kemudian membuat Anin menjaga jarak dari Langit dan membuatnya ragu akan perasaannya ke Bima. 

Apakah yang dikatakan Langit yang seketika membuat perasaan Anin terombang ambing dan membuatnya lebih sering menyendiri? kita tunggu jawabannya kalau novel pertama saya ini telah diselesaikan, walaupun belum tau kapan tulisan ini akan selesai hehehe... akhir tahun ini, satu tahun lagi, dua tahun lagi atau bahkan tiga tahun lagi, tapi yang jelas Insya Allah saya mau menyelesaikan tulisan ini, Bismillahirohmannirrahim... :)

Wednesday, 15 August 2012

El Nino, Sorry Pardon..!!


Mungkin memang benar kata orang-orang ataupun petuah orang tua jaman dulu atau juga kitab agama, katanya klo kita punya kesalahan sama sesorang ituuu kalo belum minta maaf akan menghantui kitaa kemanapun kita melangkah sampai kapanpun nafas kita berhembus, dan itulah yang gue alamin sekarang, kesalahannya udah hampir 3 tahun dan gue belum mengutarakan kata maaf sama orang yang menerima tindakan kesalahan gue dan kesalahan itu terjadi atas keegoisan gue semata atau mungkin karena waktu itu mood gue kurang bagus atau gue juga lagi sensitif atau apapun itu yang jelas gue marah sama dia tanpa alasan yang jelas.

Sebut saja namanya El Nino, dia itu teman SMA gue dulu, kita gak pernah sekelas dari kelas satu sampai kelas tiga, dia dulunya anak IPA sedangkan gue anak IPS. Kenapa gue panggil El Nino, soalnya dia suka banget sama Liverpool dan pemain yang paling dia suka ini si Fernando Torres yang punya julukan El Nino. Dulu gue juga sering manggil dia gitu, El Nino. Kita baru jadi teman baik setelah lulus SMA, kita jadi suka ngobrol, sharing pengalaman bahkan kita juga saling suka ceritain gebetan kita masing-masing, dia juga bahkan pernah bantuin gue waktu bikin karya tulis pas mau ikutan seleksi BEM di kampus pokoknya banyak hal-hal lainnya. Lucu memang, waktu di sekolah dulu kita ga pernah saling komunikasi, palingan cuma tau nama sama orangnya aja, nah pas udah lulus baru deh saling komunikasi. Tapi gara-gara kesalahan yang gue buat, hubungan kita jadi renggang, gak pernah ngobrol lagi bahkan buat sms-an aja cuma pas hari-hari penting kayak tahun baru atau hari raya Idul Fitri.

Ini semua berawal dari keegoisan gue waktu itu, jadi sekitar tiga tahun yang lalu itu kita chatingan di YM, dia yang memulai untuk bercerita, dia menceritakan masalahnya blaa blaa blaaa.. setelah dia ngomong panjang lebar akhirnya selesai juga dia curhatnya. Sekarang giliran gue, giliran gue..!! tapi pas gue baru mau mulai cerita dia bilang kalo dia gak enak badang kepalanya pusing dan gue diminta untuk ceritanya besok aja, ouch what the hell?? padahal waktu itu gue udah ga sabar mau ceritain masalah gue walaupun masalah gue itu gak penting pastinya buat dia, tapi waktu itu gue emang lagi bener-bener pengen ceritain masalah gue dan mendapatkan nasihat dan pendapat dari dia. Tapi apa yang gue dapet? dia bilang seperti itu. Secara spontan tensi darah gue naik, gue marah, gue gak terima, gue kesell bukan main waktu itu. Dan tanpa membalas pesannya di YM gue pun langsung me-non-aktifkan chat YM gue. Keesokan harinya pas gue online chat, dia minta maaf ke gue, dan gue acuhin pesannya dia dan permintaan maaf dari dia begitu aja, semua itu gue lakuin karena gue masih marah dan masih kesal. Padahal dia kan beneran lagi sakit, kenapa gue ga ngerti yaa, egois banget, cuma masalah spele padahal. hhuffhh, semenjak saat itu hubungan kita jadi renggang dan jarang komunikasi gak pernah cerita-cerita lagi :(

Jujuuurr gue merasa kehilangan, kehilangan teman baik, kehilangan teman cerita, kehilangan teman yang suka ngasih nasihat dan solusi, kehilangan teman bercanda. Pengen rasanya bilang ke dia dan minta maaf, mau bilang kalau gue nyesel huhu, tapi apa daya, gue gak berani bilang, heh cemen.Dan kalaupun gue bilang sekarang juga gak akan merubah semuanya untuk kembali seperti dulu lagi. Bisa punya teman cowo yang bisa dipercaya dan bisa jadi tempat curhat itu bukan suatu hal yang gampang buat gue, gak semudah cari teman baik cewe. Mungkin kalo suatu hari dia baca post gue ini, dia bisa maafin gue, maafin gue yaa El Nino :). Mungkin kedengerannya ini lebay dan annoying banget buat lo, tapii emang perasaan gak enak itu masih ganjel sampe sekarang, childish banget ya kalo diinget-inget kelakuan gue dulu. Pengen bisa akrab kayak dulu lagi...

Sorry Pardon El Nino :)



Keluarga Waktu : Belum Dapat Judul yang Tepat

Seperti biasa, setiap hari para penghuni Desa Hari itu selalu hadir untuk mewarnai penghuni Kota Bumi.. Dari awal mula terbentuk sampai nanti kemudian masa Desa Hari itu ditiadakan, penghuni Desa Hari hanya memiliki satu keluarga bernama Keluarga Waktu yang terdiri dari 4 anggota keluarga ada Ibu Pagi, Pemuda Petang, Nona Senja dan Tuan Malam.. Ibu Pagi tidak pernah bertemu dengan Nona Senja, dan Pemuda Petang tidak pernah bertemu dengan Tuan Malam begitu juga sebaliknya, padahal mereka satu keluarga dan berada di tempat yang sama yaitu di Desa Hari. Mungkin memang alamnya sudah dibuat seperti itu. Mereka hadir diwaktunya masing-masing sesuai dengan putaraan Kota Bumi dan titik poros Matahari. Pada suatu ketika di pergantian waktu, Ibu Pagi melihat Pemuda Petang sedang murung dan bermalas-malasan untuk melaksanakan pekerjaannya dan menggantikan tugas Ibu Pagi yakni mewarnai Kota Bumi.

"Hai Pemuda kenapa wajahmu tidak enak dilihat seperti itu, muram, kusut, tidak semangat, biasanya kau sangat senang bila Penghuni Kota Bumi ingin cepat-cepat menyambutmu datang dan kenapa kau sebagai pemuda tidak lebih semangat dibandingkan aku?" Tanya ibu Pagi.

Pemuda Petang rasanya malas sekali menjawab pertanyaan dari Ibu Pagi yang seperti Ibu-Ibu penghuni Kota Bumi, ramai, banyak tanya dan selalu mau tahu urusan orang lain walaupun Ibu Pagi ini sangat perhatian. Dengan suara parau Pemuda Petang menjawab pertanyaan Ibu Pagi "Musim panas telah datang Bu Pagi, pasti penghuni Kota Bumi tidak suka kehadiranku, karna aku ini membawa panas menyengat membuat para penghuni Kota Bumi malas beraktifitas, malas keluar rumah dan bahkan mencemoohku karna aku membawa panas" seruu Pemuda Petang.

"Ahahahaha" Ibu Pagi tertawa mendengar ucapan sang Pemuda Petang "kenapa kau menghawatirkan hal itu Petang? bukankah para penghuni Kota Bumi selalu menunggu kehadiranmu untuk bisa meninggalkan sejenak kesibukan mereka, kau selalu ditunggu untuk melepas lelah dipertengahan aktifitas mereka, kau di tunggu untuk merebahkan sebentar punggung mereka ke sandaran kursi, kau selalu ditunggu mereka untuk mengisi perut mereka dengan makanan-makanan lezat" ucap Ibu Pagi yang merasa terhibur oleh alasan dari Pemuda Petang yang membuatnya murung tapi sekaligus turut prihatin.

Pemuda Petang hanya tersenyum getir kepada Ibu Pagi, yaahh walaupun dia memikirkan kembali perkataan Ibu Pagi yang ada benarnya juga, penghuni Kota Bumi selalau menunggu kedatangannya. Walau panasku membakar permukaan kulit penghuni Kota Bumi tapi para penghuni itu tak jarang menyempatkan waktunya untuk makan siang bersama keluarga, kerabat, teman atau para partner mereka. Memang aku merasa senang sekali melihat ekspresi bahagia penghuni Kota Bumi saat sedang berkmpul makan siang. Dan tentu saja, di penghujung pekerjaannya, Pemuda Petang akan dapat bertemu dengan Nona Senja, melihat keindahan yang dipancarkan oleh Nona Senja membuat semua lelah yang ia rasakan setelah bertugas hilang begitu saja, lamunan itu membuat Paman Petang tersenyum-senyum sendiri.

"Hmmm..." Ibu Pagi merasa kebingungan melihat tingkah Pemuda Petang, cepat sekali dia merubah mimik muka yang dimilikinya. "Seharusnya aku yang merasakan apa yang kamu rasakan hei Pemuda" Ibu Pagi melanjutkan " Setiap pergantian Desa Hari dan kepergian Tuan Malam, bukankah aku tidak diharapkan hadir untuk mengisi kehidupan para Penghuni Kota Bumi, bukankah menurut mereka kedatangnku di awal hari merupakan awal masalah baru bagi mereka? hah?" Ibu Pagi menekankan pertanyaan itu pada Pemuda Petang, dan kemudian tersenyum lebar diikuti dengan lembutnya kata demi kata yang diucapkannya "tapii Pemuda, aku tidak pernah mengeluh, aku tidak pernah meminta penciptaku untuk mengakhiriku, aku selalu memberikan keceriaanku kepada para Penghuni Kota Bumi itu ketika mereka menyambut pagi, sehingga mereka bisa juga menyambutku dengan ceria, aku selalu membuat mereka menyukaiku, aku selalu memberikan yang terbaik bagi mereka, udara yang sejuk di pagi hari, matahari yang memberikan kehangatan di dinginnya udara pagi yang terkadang membuat seluruh tulang mereka terasa ngilu dan aku selalu memberikan warna keindahanku kepada mereka tanpa sedikitpun aku membenci mereka, membenci pekerjaanku ataupun membenci takdirku, yahh walaupun terkadang apa yang kita lakukan belum tentu membuat mereka suka, huuffhh" Ibu Pagi menghela nafas panjang seperti baru saja lari satu putaran di Kota Bumi.

Kini gantian Pemuda Petang yang merasa prihatin mendengar isi perasaan Ibu Pagi, ternyata perspektif para Penghuni Kota Bumi terhadap kedatangan Ibu Pagi lebih menyakitkan di bandingkan kehadirannya. Benar saja mereka menganggap kedatangan Ibu Pagi sebagai awal masalah baru bagi mereka. Pemuda Petang hanya dapat memberikan seulas senyuman ketulusan yang mungkin dapat menenangkan hati Ibu Pagi sekarang, dia tak mau memperkeruh perasaan Ibu Pagi dengan perkataan yang akan ia keluarkan untuk menenangkan Ibu Pagi, menurutnya sebuah senyuman sudah cukup membuat Ibu Pagi juga akan tersenyum untuk membalas senyumannya.

Tak lama membalas senyum ketulusan Pemuda Petang, akhirnya Ibu Pagi pamit undur diri untuk segera beristirahat "Baiklaahhh Pemuda, sudah datang waktumu dan aku harus segera kembali pulang" sambil membayangkan halusnya dan tebalnya cloud cumulus yang semakin aktif menebal disetiap kepergian Ibu Pagi dan awal kedatangan Paman Petang untuk melengkapi kesempurnaan Desa Hari. Seraya awan ini memang diciptakan untuk menyambut rasa lelah Ibu Pagi setelah habis bekerja, bisa berbaring di atasnya merupakan hal yang paling menyenangkan, namun semua itu hanyalah ilusi belaka Ibu Pagi. Dalam kenyataannya Keluarga Waktu tidak pernah beristirahat, mereka selalu bekerja sampai dunia ini kiamat, sampai tak ada lagi alam semesta, Kota Bumi dan para penghuninya karena mereka selalu berpindah-pindah tempat untuk mewarnai daerah yang satu ke daerah lainnya yang mengisi Kota Bumi.

Pemuda Petang pun memulai pekerjaannya setelah kepergiaan Ibu Pagi, "hmmm semoga Ibu Pagi sedang menerangi belahan Kota Bumi lainnya yang memiliki pemandangan yang indah agar kesedihannya hilang" ucapnya dalam hati. Kejadian yang belum lama terjadi bersama Ibu Pagi membuat Pemuda Petang bekerja dengan penuh semangat dengan dihasi senyum ketulusan dan tak hentinya mencoba untk selalu melakukan yang terbaik untuk mewarnai Kota Bumi. Tapi satu hal yang tak dapat ia hindari, perasaan yang selalu ingin dengan cepat menyelesaikan tugasnya, bukan karena lelah ataupun rasa kesalnya terhadap penghuni Kota Bumi yang selalu mencibirnya tetapi karena setiap di akhir pekerjaannya, dia dapat melihat paras lembut nan anggun yang selalu memancarkan aura kedamaian, yaa Senja, Nona Senja.

Astiandini