Time is Flow

Friday, 31 August 2012

Scandal of Jul Park - Part 1


Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, dengan langkah gontai, di bawah hujan gerimis yang membasahi di beberapa sudut kota sore ini, siapa gerangan, sosoknya yang gagah, nampak tampan dengan berbalutkan kemeja merah hati, mengenakan celana bahan hitam dan sepatu pantofel yang masih berkilauan dan bisa ditebak kalau sepatu itu pasti baru di beli sehari yang lalu atau paling tidak lamanya seminggu yang lalu, pemuda itu cukup tinggi, mungkin aku hanya mencapai bahunya. Dia berjalan dengan gontai, sungguh sangat tidak seimbang dengan perawakannya. Tak biasanya ada karyawan yang singgah di taman saat jam pulang kantor, padahal setiap pegawai, karyawan atau para pekerja lainnya ingin selalu segera sampai dirumah, tapi tidak dengan pemuda itu. 

Aku yang setiap harinya ada di taman baru kali ini melihat pemandangan itu, biasanya jika sore hari seperti ini, taman hanya diisi oleh anak-anak yang bermain bola, ibu-ibu yang menyuapi anaknya atau para orang tua lanjut usia yang sedang bermain dengan cucu mereka. Tapi sore ini lain, ada sesosok pemuda berpakain rapih yang bisa ditebak kalau dia sudah bekerja, "ah mungkin dia sedang ada janji dengan seseorang, "mmm kencan pertama mungkin" pikirku, "tapiii... aahhh tidak..tidak.. sepertinya pemuda itu bukan sedang menunggu seseorang tetapi seperti sedang menunggu jawaban, yaa jawaban, teppaatt, jawaban dari keresahan hidupnya, semuanya terbaca olehku dari raut ekspresinya dari cara dia memainkan keningnya, matanya, atau kepalanya yang sesekali melihat ke atas kemudian menghela nafas sambil melemparkan pandangannya ke bawah.

Aku penasaran, lalu perlahan ku ayunkan kakiku menuju tempat pemuda itu berjalan mondar mandir bak orang kebingungan, menimbang-nimbang dan sesekali dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan apa yang ada dalam pikirannya. Tak terasa ayunan kaki ini semkin lama semakin dekat, dan entah kenapa jantung ini berdegup, semakin mendekati, degupan jantung ini pun semakin kencang.

Tak kurang dari tiga langkah lagi mencapai pemuda itu tiba-tiba "Aaaaaaaarrrrrrggghhhhttttt....." pemuda itu berteriak sangat kencang sambil menghentakkan tangannya ke udara yang semula digunakan untuk menyandarkan kepalanya. Tentu saja kejadian itu sangat mengagetkanku, aku spontan memberhentikan langkahku dan menstabilkan degupan jantungku yang dipicu oleh teriakkannya itu, sambil membisu dan sesekali menarik nafas dan menghelanya pelan. Benar perkiraanku, dia bukan menunggu seseorang, tapi menunggu jawaban.

Setelah beberapa detik terjadi keheningan karena teriakannya, aktivitas para pengunjung taman kembali normal yang sempat berhenti karena mengalihkan perhatiannya pada pemuda itu. Akupun memutuskan untuk kembali ketempat semula dan mengurunkan niatku untuk menyapa pemuda itu, aku membalikkan badanku dan berjalan perlahan ketempat tadi aku bersantai. Tapi, aku kembali berfikir "jika aku tidak menghampirinya dan menanyakan apa yang sedang dia permasalahkan aku akan jadi penasaraaann dan terus penasaran, mungkin aku tidak bisa tidur dua malam karena memikirkanya, "ah sial...!". 

Akhirnya aku membalikan kembali tubuhku ke arah pemuda itu, dan dengan langkah yakin aku menghamprininya, hanya berjarak kurang lebih 80cm dari pemuda itu aku kemudian langsung menge-judge nya "lagi stress ya mas? atau lagi cari perhatian orang-orang di sini dengan berteriak kencang kayak tadi?" mendengar perkataanku, pemuda itu melihat kearahku sambil mengerutkan dahi diantara alis kanan dan kirinya, yaa ekspresi menanyakan maksud perkataanku barusan. Akupun terdiam dengan ekspresi tercengang takjub, pemuda itu sangat tampan, mampu memicu jantungku untuk berdetak lebih kencang, bahkan sangat kencang. 

"Bicara sama saya?" pemuda itu bertanya kepadaku sambil menunjuk dirinya sendiri.

"coba mas liat kiri kanan mas! emangnya saya gila?" jawabku sedikit intonasi tinggi. Pemuda itupun langsung melihat kiri dan kanannya, dan tidak satupun wujud yang dia temui selain aku di situ, lalu tiba-tiba pemuda itu tertawa lebar tanpa suara, aku pikir dia akan menjawab ketus ucapanku tadi, tapi ternyata dia tersenyum. 

Yaa Tuhan, benar-benar tampan pemuda ini dan senyumnya mampu menggetarkan sanubari jantungku, sambil menyembunyikan perasaanku yang tak karuan aku berkata kepada pemuda itu "kenapa ketawa? emangnya ada yang lucu?, saya serius..". 

Pemuda itu tertawa lagi, kali ini mengeluarkan suaranya dan kemudian berkata "nah justru itu, keseriusanmu yang membuat saya tertawa.. itu sungguh lucu" pemuda itu tertawa lebih kencang, mentertawakanku, apanya yang lucu, dia pikir aku dagelan? aaarrgghhsshhiitt...!.

Melihat raut mukaku yang geitr, pemuda itu melanjutkan "saya Rangga" sambil menjulurkan tangan kananya kepadaku, aku tersentak "maaf deh kalo ketawa saya tadi membuat mba ini kesal, saya hanya cari hiburan dari kesuntukkan saya hari ini" pemuda itu melanjutkan. 

TEPATT..!!!! dia anggap aku ini memang dagelan dibuatnya, tapi apa dayaku, kemarahan ini seketika hilang dengan sebuah senyuman dan uluran tangan dari pemuda itu, dan yang membuatku terheran, kenapa dia mau bersalaman denganku, menjabat tanganku, menyentuh tanganku yang kotor dengan kuman, aku tak sebanding dengannya, dia tak pantas menyentuhku, dia tak boleh terkena kuman yang menempel di sela-sela jemariku bahkan di setiap titik garis tanganku.

"guee Jul.. Julaiha, tapi panggil aja Jul" jawabku sambil membuang muka melihat ke sekeliling taman karena gugup dan tanpa membalas sambutan tangannya.

Bersambung...


No comments:

Post a Comment