Time is Flow

Monday, 5 August 2013

2 pilihan dalam hidup

Ada dua pilihan dalam hidup yang harus dipikir dengan matang. 1. Jodoh, 2. Profesi. Jangan main-main dalam memilih, karena kau akan menghabiskan lebih dari separuh hidupmu dengan keduanya. Ada banyak sekali orang yang separuh hidupnya dihabiskan dengan penderitaan karena memilih kekasih dan profesi yang tidak sesuai dengan kepribadiannya. Bukan sekedar indahnya paras, yang terpenting justru kesesuaian pribadinya dengan pribadimu. Itulah jodoh. Bukan sekedar besarnya gaji, yang terpenting adalah yang membahagiakanmu, itulah rezekimu.

 
-Ahmad Rifa'i Rif'an

Wednesday, 31 July 2013

Pasca Skripsi


Setelah akhirnya perjuangan mendapatkan gelar Sarjana, rasanya kembali bebas menulis apa yang ada di imajinasi dan pengalaman hidup.. Selamat datang kembali, selamat menulis kembali. Cerita demi cerita baik fiksi maupun non fiksi akan tergores lebih sering dari biasanya :)


 

Saturday, 15 June 2013

Ibuuuu, aku pengen naik gunung..


"Naik gunung..!!
naik gunuungg..!!
ibuuu aku pengen naik gunungg..
boleh yaaa... boleh yaaa buu??
sekali aja seumur hidup..
ya yaaaa boleh yaaa...
bbuuuu...."


aahh itu rengekkan anak 23 tahun yang kepengen naik gunung setiap kali liat teman-temannya (perempuan) berfoto di puncak gunung.. masih pantaskah diusia 23 tahun ini merengek pada orang tuanyaa.. yaa itulah aku, yang selalu merengek untuk mendapatkan izin orang tuanya terutama Ibu untuk diperbolehkan mendaki gunung. Sudah sejak duduk dibangku SD aku pengen bisa mendaki gunung, berdiri dipuncak gunung dan berfoto sambil memegang bendera Indonesia. waktu jaman SD pengen banget bisa mendaki ke Gunung Jaya Wijaya di Papua, tujuannya apa? cuma mau liat salju di Indonesia yang cuma ada di Puncak Jaya. Sampai sekarang pun keinginan itu masih menggebu di dalam kalbu.

semakin tumbuh dewasa, semakin banyak tau gunung-gunung yang bisa di daki di Indonesia. Semakin itu pula pengen aku dakiin satu per satu. Apalagi kalo liat temen-temen yang lain menunjukkan foto2nya di puncak gunung, aaaaaaa semakin iri... tapi tapiiii kenapa orang tua ga pernah kasih ijin untuk mendaki, ga Ibu ga Bapak, keduanya ga memperbolehkan. Setiap kali di tanya cuma diam atau kata-kata "jangan, resikonya besar". Dulu pengen ikutan UKM Mapala ga boleh, Menwa pun juga ga boleh, akhirnya just Pencak Silat. Pasti sebenernya alasan utama mereka gak mengizinkan hanya kekhawatiran yang berlebihan. Berebihan itu memang gak baik.

Pernah sewaktu-waktu, aku merengek dengan keras kepalanya agar dibolehin naik gunung, tapi yang ada kedua orangtuaku malah marah-marah. Yaa akhirnya aku diam dan mengalah.

Terkadang iri sama temen-temen yang diperbolehkan oleh orang tuanya naik gunung. Mereka kok boleh? mereka kan juga perempuan? mereka juga seumuran, bahkan ada yang lebih muda dari aku. aahh kenapa aku ga boleh? emang kenapa sih? pengen banget naik gunung..! pengen banget ya Allah. Kapan yaa ijin itu bisa turun? kapan? ahh mungkin ga akan pernah turun ijinnya. kalo gitu solusinya biar bisa naik gunung cari misua yang punya hobi naik gunung juga deh, eh?

Regards,
wdm

Sunday, 12 May 2013

Changes it so fast, so fast!


"Seiring berjalannya waktu, hati, sifat dan perasaan manusia bisa berubah" 

ini adalah quote dari seorang tokoh pembunuhan di salah satu seri Detective Conan, aahh lupa namanya siapa, komik yang seri ini juga entah di mana tersembunyi di rumah, yang jelas saya sangat terharu saat membaca kisah ini dan saya membenarkan kutipan tersebut, lengkapnya sih seperti ini (seingat saya :p) :

"20 tahun adalah waktu yang tidak sebentar. Seiring berjalannya waktu, hati, sifat dan perasaan manusia bisa berubah. Kalau saja waktu bisa diputar, aku ingin kembali ke 20 tahun yang lalu, ketika semua mimpi dan harapan kita masih sama"

lalu Ran bertanya kepada Conan "Apa benar perasaan manusia itu bisa berubah? perasaan manusia yang terpisah jauh, menyakitkan ya kalau hanya menunggu?"

Berubah, yaa semua hal di dunia ini bisa berubah, kalau kata judul lagunya Jikustik "Tak Ada yang Abadi", yaa begitulah kehidupan tidak ada yang abadi, roda kehidupan kita akan selalu berubah dan berputar selama nafas ini masih berhembus. Perasaan, sifat, harapan bahkan mimpi seseorang bisa berubah dalam waktu yang tidak pernah manusia sipemilik itu duga, entah itu dalam hitungan, detik, menit, jam, hari, tahun, entahlah (sambil mengangkat bahu). mmm tungguu-tunggu tadi saya tulis "manusia sipemilik" bukan! bukan manusialah pemilik semua itu (rasa, sifat, harapan, mimpi) tapi Tuhan Semesta Alam, Allah S.W.T. lah pemiliknya. yaa Dialah sang pencipta, manusia dengan segala yang dianugerahkannya, rasa untuk merasa, membentuk sifat kepribadian, fikiran untuk selalu mengukir harapan dan mimpi-mimpi. Dan Dia pulalah yang maha membolak-balikkan semuanya, hati dengan perasaanya, fikiran dengan harapan dan mimpinya.

Begitu juga dengan kehidupan saya belakangan ini, banyak sekali perubahan hidup yang saya alami, banyak sekali mimpi-mimpi saya yang berubah, banyak sekali orang-orang yang masuk dan keluar dengan cepatnya dalam kehidupan saya. Orang-orang itu seperti perantara perubahan dalam kehidupan saya, Alhamdulillahnya mereka semua memberikan perubahan yang positif, menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi, memberikan saya semangat untuk melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan mimpi, bahakan mereka memberikan ide untuk menciptakan mimpi-mimpi baru.

Bicara soal perubahan mimpi, kalau lihat postingan sebelumnya tentang mimpi, betapa saya ingin kuliah S2 di luar negeri ke Aussie, lalu beberapa waktu kemudian saya ingin sekali kuliah di Jepang atau Belanda, bahkan saya tiba-tiba sangat tidak berminat sama sekali ke Aussie, dan kemudian entah dari mana perasaan itu muncul, tiba-tiba saya ingin sekali ke Inggris, kuliah di sana, di Oxford, di Cambridge. Padahal dipostingan saya sebelumnya tentang negeri impian, nama Inggris sama sekali tidak tertulis, tapi kenapa saat ini Inggris adalah tujuan utama saya untuk sekolah, semakin hari keinginan itu semakin besar dan menggebu, aahh Inggris.. Inggris, sampai-sampai saya pernah mimpi ke Inggris dalam tidur saya (ah semoga itu bertanda akan jadi kenyataan :D).

Dengan extrovertnya saya menceritakaan kesemua orang betapa besarnya keinginan saya untuk sekolah ke Inggris, dan berapa banyak orang meyakini saya mampu kesana. Aaah rasanya ketika mereka yakin aku bisa, perasaan inipun semakin yakin kalau aku bisa. Banyak yang mendoakan, Alhamdulillah :). Tapi lagi-lagi mimpi itu berubah drastis, Inggris masih tujuan utama, namun bukan satu-satunya tujuan untuk kuliah, dan akupun kembali pada mimpi beberapa tahun lalu, yakni ke Jepang. Walaupun keinginan ke Jepang tidak pernah mati, tapi sempat tertutup seluruhnya oleh Inggris, dan sekarang pengen ke Jepang lagi, Ritsumeikan University mungkin pilihan yang cocok dengan jurusan yang mau saya ambil kemudian :).

Ahh tuh kan suka berubah-berubah gitu, bahkan perubahan yang kembali ke masa lalu. Hmm, jalani saja, dengan apapun perubahan tujuan itu, yang penting adalah tidak pernah berhenti melangkah dan berlari untuk mencapai tujuan itu.

(lagi-lagi saya stuck di akhir tulisan, dengan akhir tulisan yang gantung)

wdm

Wednesday, 10 April 2013

Ini tentang Hujan, Aku, dan Kau


Mungkin kau sudah lupa, atau bahkan ketika itu kau pun tak tau kalo hari dimana hujan menahanmu di sana untukku adalah salah satu hari terindahku yang mengukir tentangmu. Masih teringat dalam ingatanku, hari itu hari Senin sore, ketika sisa-sisa hujan masih mengguyur Kota Depok. Aku melihatmu berjalan dengan alunan kaki perlahanmu, kemeja marunmu membuat Kau selalu nampak lebih tampan. Lalu apa yang bisa aku lakukan? hanya menguntit dan memandangimu dari belakang. Kau tahu? saat itu aku takut, takut jika punggung yang kulihat semakin menjauh dan menghilang. Ah sudahlah, tak usah diingat lagi, lima tahun sudah berlalu bukan? sudah waktunya untuk dilupakan! Ya Allah yang maha membolak-balikkan hati ini, walau aku mencoba melupakan namun jika kau tak menghendaki aku lupa maka aku takkan lupa, maka kupinta padamu jika dia tak akan pernah kembali untukku, buatlah aku lupa, buatlah hati ini melepaskannya.

Astiandini

Friday, 15 March 2013

Sulit Membedakan


Ini bukan hal membedakan yang mana yang baik yang mana yang buruk, saya tahu sekali bagaimana membedakannya.. Tetapi yang menjadi masalah adalah, saya kesulitan untuk membedakan mana orang yang baik kepada saya dengan tulus atau hanya sekedar kepura-puraan kebaikan. Hal ini terkadang menjadi paradoks bagi diri sendiri, mengapa? suatu ketika, seorang teman menyampaikan, "dia kan gak suka sama kamu (sebut saja Dia nya si A)" (perlu dianulir, suka disini suka dalam definisi pertemanan bukan suka dalam definisi terhadap lawan jenis, dan kedua teman saya ini adalah perempuan, dan hubungan saya dengan keduanya sangat baik). Sontak saya tidak percaya apa yang dikatakan teman saya yang pertama, mengapa? karena selama ini hubungan saya dengan si A berjalan baik-baik saja, dia sangat berprilaku baik kepada saya, begitupun saya memberikan feedback yang serupa. Lalu apa asusmi yang perlu saya gunakan? 

Asumsi pertama, apakah teman saya yang pertama itu cemburu bila saya berteman baik dengan si A?
atau asumsi kedua, jika si A itu memang tidak menyukai saya, tetapi hanya pura-pura berprilaku baik?

Ah ini terkadang yang membuat saya bingung, sulit untuk membedakannya, karena saya selalu menganggapnya baik. Ketulusan dalam berteman yang saya miliki mungkin menutupi hal-hal buruk yang tidak pernah saya pikirkan.

Baiklah tak usah digubris, selama dia berprilaku baik, kita berikan perilaku baik yang lebih. Siapa tau dengan tindakan lebih itu jadi akan mengubah mindset nya dari tidak menyukai menjadi menyukai.

Friday, 22 February 2013

Scandal of Jul Park - Part 3


Previous
Scandal of Jul Park - Part 1
Scandal of Jul Park - Part 2

Dari matanya dia menjawab itu dengan tulus tanpa rasa jijik sedikitpun kepadaku dan dia tidak lekas bergegas pergi, melainkan tetap di sini bersamaku, perkiraanku salah dengan menganggap dia hanya melihatku dari status sosialnya. 

"mmmm, kalo boleh tau, tadi kata Mas Rangga, mas Rangga teriak karena lagi suntuk? dan memang aku lihat mas Rangga lagi ada masalah? masalah apa sih yang lagi mas alamin sampai-sampai membuat kegaduhan di sini?"

Lagi-lagi Rangga tersenyum mendengar perkataanku "huuffhhh gimana yaa" ucap Rangga sembari berjalan ke arah bangku semen yang biasa ku jadikan tempat tidurku, lalu kemudian dia duduk di bangku itu dan dengan bahasa isarat dari tangannya menyuruhku untuk duduk di sebelahnya.

Jantungku kembali berdegup dibuatnya setelah tadi sempat kembali normal, dan aku duduk perlahan disebelahnya. Aroma tubuhnya yang tercium olehku menandakan bahwa kami duduk berdampingan yang kurang lebih hanya berjarak satu jengkal. Tentu saja jantungku teresonansi, ini untuk pertama kalinya aku duduk bersebelahan dengan seorang pemuda tampan dan dapat dilihat dari penampilannya bahwa dia termasuk golongan di tingkat atas, kalau jaman kolonial dulu disebutnya tingkat bangsawan. 

Selama aku hidup, mana ada pemuda seperti mas Rangga ini yang mau duduk berdampingan denganku, untuk berpapasan saja mereka tak sudi. Sambil melihat angkasa dan meletakkan tangannya pada bangku untuk menyanggah bahunya sejajar dengan lehernya, setela menghela nafas mas Rangga berkata

"Hidup itu keras ya Jul, mungkin jadi sepertimu lebih enak karena tidak mempunyai pilihan untuk menentukan hidup yang sedang dan akan kamu jalani, hidup untuk memilih itu suatu hal yang membebankan.. membebankan hidup" 

setelah menyelesaikan perkataannya mas Rangga kembali menghela nafas dan kemudian terdiam. Aku menatap kearahnya, aku belum bisa percaya mas Rangga berkata seperti itu kepada orang yang baru dikenalnya, kepadaku, yang hanya gembel di taman ini 

"Pasti hidupmu tidak ada beban, benarkan Jul?" lanjutnya. 

Apa yang dia pikirkan bahwa hidupku tidak ada beban, dia salah total, gembel sepertiku pasti memiliki beban yang lebih berat dari orang-orang kaya semcam dia, pikiranku yang ingin selalu menjadi orang kaya saja sudah membuat beban berat di kepalaku, 

"Mas Rangga salah besar, hidup tanpa beban bukanlah hidup, semua orang dalam hidupnya pasti punya beban, dan saya pun begitu, kalo mas Rangga tau mencari uang untuk makan sehari saja rasanya itu beban yang luar biasa bagi saya. Bagaimana bisa mas Rangga berkata seperti itu kepada saya?" 

Rangga terdiam dan hanya tersenyum sambil sesekali melihat ke arahku dan kemudian kembali menatap angkasa. 

"Memangnya pilihan apa yang sedang mas Rangga pikirkan untuk mas Rangga pilih? sampai-sampai disebut sebagai beban berat" ucapku memecah keheningan. 

Tiba-tiba handphonnya mas Rangga berdering 

"Hallo selamat sore.... sekarang Pak?.... baik-baik sekitar 20 menit lagi saya sampai disana... okee.. iyaaa.. terimakasih" 

telpon pun terputus. Setelah mas Rangga memasukkan kembali handphonenya ke dalam saku celananya, dia berkata 

"Okkee Jul sepertinya saya harus pergi sekarang, kapan-kapan kita ngobrol lagi, kamu setiap hari di sini terus kan?" 

aku hanya mengangguk, mendapati jawabanku mas Rangga kemudian pergi ke arah mobil yang diparkirkannya di pinggiran taman. Melihat langkahnya yang semakin menjauh dariku entah kenapa membuat dada ini sesak, kenapa aku takut kehilangannya kenapa aku takut tidak akan bertemu dengannya lagi, 

"Senang bertemu dengan mu Jul...!!" 

teriak Rangga sambil melambaikan tangannya ke arahku saat dia ingin memasuki mobilnya. Aku hanya tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Kemudian dia pun berlalu dan lenyap dari pandangan mataku.

****

Sore telah berganti malam, tanpa terasa aku sudah 3 jam hanya duduk di bangku ini setelah Rangga pergi.. "hufffhhh... ada apa dengan perasaan ini?" gerutuku. Tiba-tiba saja ada yang memanggilku dan membuyarkan lamunanku "Jul..?" aku pun menoleh kearah suara tadi, ternyata Oma, namanya aku tidak tahu siapa, hanya ku panggil Oma saja. Sudah sebulan ini ia tinggal di rumah anaknya yang baru saja melahirkan buah hati pertamanya juga sekaligus cucu pertama buat si Oma 

"oohh Oma, kirain siapa, ada apa Oma? keran di rumah bocor lagi?" tanyaku.

Dua minggu yang lalu aku jadi tukang ledeng di rumah si Oma, benerin keran dapur Oma yang rusak, lumayan bayarannya bisa untuk makan dua hari. Kemandirianku membuat aku dapat mengerjakan beberapa pekerjaan kasar, yaa salah satunya benerin keran air yang rusak. 

Oma tersenyum, "Dari beranda rumah Oma, Oma liat kamu dari tadi cuma duduk-duduk saja disini setelah kamu melambaikan tanganmu ke arah pemuda yang naik mobil tadi, dia temanmu?" 

Rangga.. kenapa Oma menanyakan Rangga, berarti tadi Oma sempat melihat Rangga, hmmm, desisku dalam hati.

"Bukan Oma, dia cuma pengunjung baru taman ini, Oma kesini cuma mau nanyain itu aja?", 

Oma memberiku sebuah bungkusan "engga, Oma mau kasih ini, nasi goreng buat makan malam sama puding coklat buat pencuci mulutnya, cucu Oma baru aja tidur, lucunya dia". 

Aku mengambil bungkusan itu, lumayan untuk mengisi perutku malam ini. Yaa inilah aku, untuk makan saja perlu meminta belas kasihan orang lain. Tapi aku tidak pernah menjadi tukang minta-minta di jalan lagi sejak 5 tahun lalu, Eyang Uti yang mengajariku untuk tidak mendapatkan sesuatu tanpa memberikan apapun, bahkan sekecil apapun yang dari kita punya. Jadi untuk mendapatkan uang aku kadang-kadang menyumbangkan suaruku, atau bahasa kasarnya ngamen. Kadang sesekali aku jadi tukang parkir di toko-toko daerah sini, terkadang juga jadi kurir antar makanan dari restoran di samping taman karena pegawainya sedang tidak masuk kerja atau bahkan sampai benerin keran air di rumah Oma. Yaa apapun itu, semua pekerjaan bisa aku lakukan untuk mendapatkan uang. 

"waahh makasih banyaakk Oma, cacing diperutku sudah berteriak-teriak minta diisi" jawabku sambil mengelus-elus perut, hmm bahkan karena memikirkan Rangga aku sampai tak berfikir untuk mencari makan walaupun tanpa disadari aku lapar. 

"kalo gitu Oma pulang dulu yaaa, mau liat si kecil tidur, hayoo dihabiskan makanannya",

"iyaa Ommmaaaa... :D" ucapku dengan sumringah.

Setelah Oma membalikkan badannya langsung saja kulahap habis semua makanan yang Oma kasih. "aaahhhh kenyangnyaa jadi ngantuukk hhoooaaaaammm.." aku melihat jam ditaman "ah masih sore baru juga jam 8, tumben banget udah ngantuk, tapi males banget tidur, hufffhh.."

Aku melihat disekelilingku ternyata masih ramai, masih banyak aktivitas yang dilakukan orang-orang, dan aku melihat sekumpulan anak-anak kecil yang segolong denganku sedang tertawa-tawa bersuka cita. Ternyata mereka sedang bermain egrang dan anggar-anggaran yang terbuat dari pelepah pohon pisang, permainan tradisional yang memang masih digunakan oleh anak-anak jalanan seperti mereka. Kemudian aku melihat rumah-rumah mewah yang mengelilingi taman "hhhmm sungguh berbeda dengan anak-anak yang tinggal di dalam rumah-rumah gedong itu, pasti mereka mainnya playstation atau game-game di komputer di Ipad. Bahkan bisa aku tebak pasti mereka tidak tau apa itu egrang apa itu anggar-anggaran" gumamku.

Tiba-tiba saja dari kerumunan anak-anak itu ada yang memanggilku "oooiii mba Jul, ngapain bengong, mendingan sini main sama kita, cobain nih maen egrang, aahh pasti mba Jul gak bisa dan dijamin jatoh, hahahaha" 

anak itu tertawa terbahak-bahak diikuti dengan tawa dari teman temannya "sial gue diledekin anak kecil" lalu aku membalas ucapan mereka 

"wah kurang ajar lo pada, gue lebih hebat dari lo lo pada, mana sini gue coba" 

Akupun menghapiri mereka untuk membuktikan kalo aku jago maen egrang walau sebenarnya ini kala pertama kali aku mencobanya. Tapi aku gak rela harga diriku diinjek-injek sama bocah-bocah ingusan kayak mereka yang umurnya aja belom pada genap 10 tahun, gengsi dong klo aku nolak tantangan mereka. 

Salah satu dari merekapun memberikan eggrangnya untuk aku coba "aahh ini mah kecill, nenek-nenek bongkong juga bisa" ucapku sombong, 

lalu perlahan ku coba naikkan kaki kananku di atas tumpuan egrang, lalu kunaikkan lagi sebelah kakiku di tumpuan lainnya "ah gampang, lo liatt bisa kan gue" jawabku dengan bangga sambil tersenyum lebar, 

kemudian salah satu dari mereka yang namanya Binyo menyahut  "yaahh mba Jul, jalan dong, nenek-nenek bongkok juga bisa klo cuma diri doang, ahahahaaa" kemudian diikuti dengan tawa anak-anak lainnya, 

"hmmmm siapa takut, lo liat nih yaa" jawabku. Selangkah, dua langkah, aman. ketika di langkah ketiga aku mulai kehilangan keseimbangan, dan "guubbrraaaakkk...." disusul segra dengan suara tawa dari bocah-bocah itu 

"hahahahaa.... udah mba Jul klo gak bisa bilang aja wakakakak..." lanjut si Binyo mengompori anak-anak lainnya 

"aarrgghh diem lo semua, bukannya bantuin gue bangun malah ketawain, awas ya lo semua gak gue beliliin es potong lagi"

mendengar ucapanku tadi anak-anak itu langsung berubah 180 derajat, mereka berhenti mentertawaiku, dan si kompor Binyo-pun segera merubah ucapannya 

"wooyy lo pada kenapa diem aja, bantuin mba Jul bangun tuh, ayoo ayooo" serentak anak-anak itu membantuku untuk bangun. 

Es potong emang senjataku yang paling ampuh untuk menghadapi anak-anak ini kalau lagi bandel, mereka emang terkadang menyebalkan, tapi aku sayang banget sama mreka, mereka adalah keluargaku di sini, siapa lagi selain mereka yang aku punya. Walaupun aku cuma bisa kasih mereka es potong, itupun tidak sering hanya kalau lagi ada pemasukan banyak. Dan saking sayangnya aku pada mereka, aku pernah mendatangi beberapa mahasiswa dan meminta mereka untuk bersedia dengan sukarela mengajari membaca dan menulis anak-anak ini. Sebenarnya bisa saja aku mengajari mereka baca dan menulis, tapi kalau aku yang mengajar mereka pasti tidak akan serius ngejalaninnya, kalau orang lain pasti mereka takut. 

Akhirnya aku bisa berdiri lagi dengan tegap, walaupun tangan dan kakiku sakit karena terjatuh tadi dan sepertinya engsel pergelangan kakiku sedikit terkilir. Lalu aku memutuskan untuk bergegas ke tempat tidurku 

"udah puas kan lo pada ngecengin gue? badan gue udah sakit-sakit dan sekarang gue ngantuk mau tidur, awas aja kalo ada yang gangguin! gue jitakin satu-satu" kataku sambil menunjukkan kepalan tanganku kepada mereka, 

"siaappp mba Jul" jawab Binyo "silahkan tidur dengan nyeyak mba Jul" lanjutnya. 

Akupun berjalan ke arah tempat tidurku, membaringkan tubuhku yang lelah, melihat kelangit, banyak bintang. Setelah hujan gerimis tadi sore, malam ini terlihat cerah. "Semoga malam ini tidak hujan" ucapku dalam hati. Tak lama aku memandang langit yang dipenuhi dengan bintang akupun tertidur.

Bersambung...

Thursday, 21 February 2013

Keretamu Telah Melaju


Dari titik tertinggi di bangunan itu
ku melihatmu,
melangkahkan kaki,
menuju tempat keretamu melaju

Udara sore ini
cukup menahan buturan keringatmu muncul dari pori-pori kulitmu
butiran sisa-sisa air hujan menambah suasana sore itu semakin kelabu

Kau terus berjalan
tanpa menoleh ke titik tertinggi tempatku mengamatimu
tentu saja kau tak akan pernah menoleh
karena telepatimu
bukan tersambungkan untukku

Aku terus mengamatimu
sampai kau tak nampak lagi oleh kedua mataku
tersembunyi di dalam pepohonan rindang
yang memagari jalan setapak itu

Aku masih berdiri di bibir jendela 
yang terlindungi bingkai besi hitam
walau kau sudah tak nampak di dalam bayangan mataku
aku tetap berdiri

Terbesit hatiku meminta untuk mengejarmu
berjalan disampingmu..
menjaga setiap langkahmu..
namun..
ragaku menolak permohonan hatiku
karena aku tahu
bahwa keretamu telah melaju
membawamu pergi ketempat titian hatimu menepi

GR lt.8 

Friday, 1 February 2013

Sky, save a lot of story.



Aku suka hujan, tapi aku juga suka langit, baik pemandangan langit di pagi, siang maupun malam hari, baik cerah maupun kelabu.. bahkan nama salah satu tokoh utama dalam tulisanku adalah "Langit". Aku suka memandang langit, apalagi kalau sedang dihiasi awan-awan tebal yang indah, yang rasanya ingin sekali menggapainya. Setiap menatap langit, selalu teringat semua mimpi-mimpi dan cita-cita yang harus diperjuangkan, diraih, direalisasikan, dan diciptakan. Setiap kali merasa jatuh, gagal dan tak berdaya, menatap langit memberikan ketenangan jiwa, seakan menatap sang pencipta, dengan lembut kuadukan semua gundahku kepadaNya. Langit itu seakan memiliki banyak cerita, selalu memberikkan penampakan yang berbeda setiap harinya, tak pernah sama, tapi selalu indah. Mungkin seperti filosofi kehidupan, kadang indah, kadang suram, kadang banyak penampakan bentuk-bentuk awan yang berbeda, kadang dihiasi bintang atau kadang tak terlihat awan atau bintang

beberapa dokumentasi pribadi tentang langit, fotonya natural tanpa editan.





















Astiandini

Monday, 28 January 2013

Sang Bapak dengan anak perempuan bungsunya..


Tadi sore menjelang adzan maghrib, aku menghampiri bapak yang lagi asyik duduk di teras rumah sambil memandangi kuda besinya yang berwarna cokelat itu, si Meguro masih tetap berdiri dengan gagahnya dihadapan bapakku yang sudah semakin renta. 

Lalu beliau berkata kepadaku "Ini motor dijual sayang, udah puluhan tahun di sini, nemeni bapak kemana-mana nih motor, ke Bali, Lampung, Palembang, Yogya, (dan masih banyak lagi) tapi bapak udah gak kuat bawa Meguro, berat banget"

"makanya aku yang bawa sini, kan masih muda, masih kuat" jawabku

"gayaa kamu, Meguro lebih berat dari Pinky, Pinky aja kamu gak kuat bawanya"

aku hanya senyum-senyum aja dengar kata-kata beliau.

Kemudian beliau melanjutkan "jagoannya perempuan semua, belum tentu mantunya nanti bisa suka juga sama motor tua"

lalu aku menimpali "tenang ajaa Pak, nanti aku cari suami yang suka juga sama motor-motor tua" jawabku sambil bersanda gurau..

beliaupun ikut tertawa mendengar ucapanku "gak mesti anak motor, yang penting suka sama motor tua bapak"

"ssiippp tenang ajaa Pak" ucapku, "ini Meguro udah kayak isteri kedua yaa?" lanjutku.

Beliau kembali tertawa

"eehh enggak deh, udah kayak isteri pertama, orang yang lebih sering nemenin kemana-mana si Meguro, hehehee" ralatku dengan cepat.

Kamipun tertawa bersama. Kemudian adzan maghribpun berkumandang, kami bergegas masuk ke dalam rumah bersiap untuk shalat maghrib.

Begitulah sepenggal perbincangan antara Bapak dan anak perempuan bungsunya.

W. D. Marseno

Saturday, 26 January 2013

Ledupan Sesaat


Aku bingung, dia selalu hadir hanya sesekali, kehadirannya selalu membawakan sebersit pertanyaan dari tingkah lakunya yang aku tidak tahu dimana jawabannya. Dia membuat hatiku meledak ketika dia hadir membawakan tawa.. Akupun terhenyut setiap kali dia hadir, membuat hatiku meledup, ledupan sesaat. Dan ketika dia tidaak hadir, ledupan itu secara otomatis meredup. Aku mulai bertanaya kesana kesini tentang tindakan yang dia lakukan, namun aku tetap tidak menumukan jawaban itu. Tapi belakangan ini dia tidak pernah hadir lagi dalam hari-hariku, entah sibuk atau sudah tidak ada ledupan pula tentang aku di hari-harinya.

Sekian

Friday, 25 January 2013

Elegi


Di bawah teduhnya pohon yang rindang,
dengan nikmat aku mendengarkan alunan irama dari gesekkan biola
meresonansikan akan bayangannya
Kesatria gagah yang pernah mengarungi samudera hatiku

Benar kata pepatah,
kita memang dapat dengan mudah
melupakan seseorang dalam pikiran kita
namun, mendapatkan dia pergi dari hati kita
itu hal lain...

Mungkin hal itu yang saat ini terjadi padaku
empat tahun lebih berlalu
namun, sosok kesatria itu masih saja menggesekkan senar-senar hatiku
membuat melodi indah saat aku mengingatnya
menciptakan kembali pengharapan yang semu
merontokkan segenap air mata ketulusan ketika aku merindunya

Sudah aku putuskan sejak sosoknya tinggalah bayangan
melepaskannya, membiarkannya terbang bebas dari sangkar hatiku
namun dia memiliki istina kecil yang masih berdiri dengan kokohnya
dijaga oleh serdadu-serdadu sel nadi jantungku
terjaga rapih, tertutup rapat dan jika terbuka
bak pintu air yang memuncrat keseluruh penjuru sarafku

Wednesday, 16 January 2013

Gemilang

In the early 2013, I have a songs and clip video that can make me have spirit, inspiration and motivation to get my dreams and my hope, the song from Andien that titled Gemilang. This song and clip video is very incredible with the show some a great woman Indonesia, which is they are has a great achievement to they self and other people and than to our country.

 

In the clip video show some quotes from the great woman, i.e :

"Gemilang adalah hasil dari pada totalitas yang pada akhirnya kegimalangan dihasilkan" (Christine Hakim)

"Bisa memberikan prestasi bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang banyak" (Susi Susanti)

"Sesuatu yang sebenarnya kecil tetapi punya pengaruh luar biasa untuk banyak orang" (Anna Avantie)

"Suatu keadaan yang dicapai seseorang yang tidak banyak orang lakukan " (Mutia Hatta)

"Semangat untuk melihat kedepan dan keyakinan kalau lita bisa raih" (Mira Lesmana)

I hope in the future in my life, I'm one of them, to be a good, professional, achievement and great woman.

Tuesday, 1 January 2013

Happy New Year 2013....


Duaarrr..!!! duaarr...!!! duarrrr...!!!
suara ledakan yang kemudian berubah menjadi pandangan yang indah, percikan bunga api yang mucul dari suara ledakan itu membuat serentak manusia di dunia terpana melihat keindahannya. Malam tahun baru memang selalu dihiasi oleh indahnya percikan bunga api itu, bahkan tak pernah bosan untuk melihat pemandangan yang sama di setiap tahunnya..

Tahun 2013 sudah datang dan tahun 2012 yang baru saja beranjak pergi meninggalkan sejuta kenangan, kenangan indah, bahagia, manis, kecewa, amarah, kesedihan, pahit atau bahkan kenangan lainnya yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata itu. Seperti manusia normal lainnya, aku pun memiliki sejuta kenangan di tahun 2012, kenangan disetiap bulannya, harinya, jamnya, detiknya bahkan kenangan persecond nya, setiap waktu yang ku lalui ditahun itu menjadikan sebuah kenangan yang bahkan tidak bisa di list kan satu persatu. Tapi yang jelas, semua kenangan itu menjadikan sebuah pelajaran berharga dalam kehidupanku, bagaimana aku membagi kebahagiaan dengan orang lain atau bahkan melunturkan perasaan kekecewaanku. 

Masaa yang tak pernah berhenti berlalu dan waktu yang tak pernah berhenti berputar, begitulah kehidupan, yang selalu diiringi keduanya. Di masa yang baru ini, di waktu yang baru ini, sejuta mimpi barupun ter-rajut dalam daftar pikiranku juga dalam hatiku, membuat hayalan-hayalan tentang akan mimpi yang akan membuat diri ini takjub ketika realitas dari mimpi itu mampu kugenggam. Keyakinan diri untuk mampu menggenggam mimpi itulah yang menjadikan aku mampu menggenggam mimpi. Merajut mimpi baru, bukan berarti aku harus meninggalkan mimpi-mimpi lamaku yang belum mampu ku genggam, namun akan terus kuperjuangkan sampai aku tak mampu lagi berpijak di tangga-tangga yang membawaku menuju puncak.

Tuhan, keluarga, sahabat, teman-teman dan orang spesial di hati, juga musik dan alunan lagu-lagu, ilmu agama, kisah kehidupan orang lain, cerita dalam cerita, cerita dalam lagu  yang selama ini menemani hari-hariku, membantu aku bangkit ketika aku jatuh, yang memebuat aku tetap beridiri kokoh ketika pijakan itu goyah, akan selalu kusertakan dalam setiap langkah menuju realitas mimpi dalam kehidupanku, di pikiranku dan juga di hatiku.

Selamat Tahun Baru 2013 untuk seluruh umat manusia di dunia..

*WD